REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anhar Simanjuntak menyayangkan aparat kepolisian yang tidak memproses pihak-pihak yang mengancam dan mengintimidasi Ustaz Abdul Somad (UAS). Sebab upaya intimidasi dan ancaman UAS agar tidak berceramah bukan kali pertama terjadi.
"Saya menyesalkan sikap polisi tidak memproses pihak-pihak yang mengancam dan mengintimidasi, bila memang ancaman dan intimidasi tersebut ada," kata Dahnil kepada wartawan, Selasa (4/9).
Menurut Dahnil, terang bila ancaman dan intimidasi itu terjadi, menjadi ancaman serius bagi kebebasan bersyarikat dan berpendapat. Apalagi ancaman dan intimidasi gangguan kondusifitas acara UAS tersebut adalah acara keagamaan yang harusnya dilindungi negara.
Karena itu, ia berharap nalar sehat aparat harus ada. Yakni bertanggungjawab mengamankan dan penyelenggaraan acara keagamaan.
Dia pun mengatakan UAS tak perlu khawatir dengan ancaman tersebut. "Bila ada yang benar mengancam dan intimidasi polisi bertanggungjawab menangkap siapa saja, jelas mereka adalah radikalis antitoleransi dan antidemokrasi," tegasnya.
Baca: Al Washliyah Sayangkan Pembatasan Dakwah Ustaz Abdul Somad
Dahnil sebenarnya cukup menyayangkan sikap UAS dan timnya yang membatalkan agenda dakwah di Jawa dengan alasan tidak kondusif. Sedangkan banyak pihak yang mungkin akan bisa ikut mengamankan dan memastikan keamanan dan kondusifitas acara tersebut.
"Lagian dakwah harus terus berjalan, dengan pembatalan tersebut seolah UAS membiarkan laku antidemokrasi dan kebencian menang," katanya.
Ia berharap UAS tidak mundur atas intimidasi tersebut, sehingga seolah membiarkan kelompok-kelompok tertentu bisa berlaku seenaknya. Sebab watak dai pejuang dan banyak tokoh perlawanan dalam sejarah tidak akan mundur selangkahpun, walau mengalami tekanan dan intimidasi.
"Saya berharap UAS mengedukasi publik agar tidak kalah dengan intimidasi dan sikap antidemokrasi dan antitolerans. Juga memastikan aparat bertugas sebagaimana mestinya," ujar Dahnil.