REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu pergantian agama menjadi hal yang lumrah terjadi di Desa Kertajaya dan Sindangjaya, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pernikahan menjadi salah satu faktor proses perpindahan agama tersebut. Dua desa ini pada awalnya mayoritas penduduknya beragama Nasrani. Hal itu bisa dilihat dari gereja di dua desa itu yang berjumlah 18 gereja. Bahkan ada gereja yang sudah berumur lebih dari 100 tahun.
Pesatnya dakwah Islam di sana membuat pertumbuhan mualaf terus meningkat dari tahun ke tahun. Data yang berhasil dihimpun oleh Mualaf Center Baznas (MCB) yang bersumber dari Badan Pembina Mualaf Kecamatan Ciranjang, terdapat kurang lebih 160 orang mualaf yang terus bertahan hidup di tengah 1.245 orang warga Nasrani. Para mualaf itu hidup dengan kondisi yang serba kekurangan dari segi pemahaman agama serta kemandirian ekonominya.
“Melihat kondisi ini, Mualaf Center Baznas tergerak untuk melakukan program pembinaan dan pemberdayaan dengan fokus pada peningkatan pemahaman agama sekaligus upaya membangun kemandirian ekonomi mualaf,” kata Direktur Mualaf Center BAZNAS, Salahuddin El Ayyubi Lc, MA dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (27/8).
Ia menambahkan, program peningkatan pemahaman agama dilaksanakan seminggu sekali dengan membuat kelompok kecil pengajian yang diisi oleh ustaz dan dai setempat.
“Kelompok pengajian tersebut dikelompokkan berdasarkan usia agar kegiatan menjadi efektif. Pengajian diisi dengan materi aqidah, ibadah, muamalah, akhlak dan belajar membaca Alquran,” tuturnya.
MCB juga memberikan mualaf kit yaitu berupa Alquran, baju koko, sarung, peci, mukena, gamis, rok dan buku saku panduan ibadah kepada para mualaf. Tidak hanya itu, mualaf yang mengikuti pembinaan juga mendapatkan bantuan kebutuhan dasar setiap bulannya berupa satu paket sembako yang berisi beras 5 kg, minyak goreng 2 liter, terigu 2 kg, gula pasir 1 kg, dan mie instant 1 kardus. “Bantuan tersebut diharapkan dapat memotivasi para mualaf untuk antusias dan konsisten mengikuti pembinaan yang dilakukan,” ujar Salahuddin .
Selain pembinaan pemahaman agama, para mualaf juga akan diberikan pemberdayaan berupa pelatihan dan pendampingan ekonomi kreatif agar ke depannya mualaf menjadi mandiri secara finansial dan mampu bermanfaat untuk sesama. “Program pemberdayaan yang akan dilakukan berupa pelatihan pengolahan ikan menjadi berbagai makanan olahanyang mana merupakan sumber penghasilan utama di lokasi tersebut,” paparnya.
Mualaf Center Baznas (MCB) melakukan pembinaan keagamaan kepada para mualaf.
Ia mengemukakan, saat momentum Idul Adha pekan lalu, Mualaf Center Baznas mengadakan pemotongan hewan kurban di Desa Sindangjaya. Hewan kurban yang dipotong berupa domba, berjumlah 20 ekor.
Saat momentum Idul Adha pekan lalu, kata Salahuddin, Baznas mengadakan pemotongan hewan kurban sejumlah 20 ekor domba dengan penerima manfaat daging kurban sebanyak 425 orang. Mayoritas penerima manfaat adalah para mualaf yang ada di sekitar Desa Sindangjaya.
Penyembelihan hewan kurban dipimpin langsung oleh Ketua MUI Desa Sindangjaya. Penyembelihan berjalan lancar serta sangat memperhatikan kaidah kaidah syariat agama. “Para mualaf antusias pada program penyembelihan hewan kurban kali ini,” ujarnya.
Salahuddin berhara, program yang di inisiasi oleh MCB di lokasi ini, dapat menjadi momentum pembinaan kepada mualaf sekaligus meningkatkan perhatian masyarakat Muslim. “Khususnya mengenai hak para mualaf untuk mendapatkan pembinaan agar menjadi Muslim dan Muslimah yang baik. Bukan hanya dalam pemahaman agama mereka, tetapi juga meningkatnya kesejahteraan mereka,” tutur Salahuddin El Ayyubi.