Sabtu 04 Aug 2018 15:27 WIB

Gus Dur, Nasionalis Sejati, Hingga Misteri Tanggal Lahir

Gus Dur selalu dikenang para Gusdurian.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ani Nursalikah
 K.H Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
Foto: dok.Istimewa
K.H Abdurrahman Wahid atau Gus Dur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini, 4 Agustus 2018, para Gusdurian-sebutan untuk para murid, pengagum, dan penerus pemikiran Gus Dur-merayakan ulang tahun Gus Dur yang ke-78. Meski telah wafat pada 30 Desember 2009, presiden Republik Indonesia keempat itu tetap dikenang dan terekam abadi oleh penerusnya.

Gus Dur bernama asli Abdurrahman Wahid. Ia putra pasangan Wahid Hasyim dan Solichah dan cucu dari KH Hasyim Asy’ari, sang pendiri Nadhatul Ulama (NU). Beberapa literasi menyebutkan Gus Dur lahir pada 7 September 1940. Namun, bagi Gusdurian, hari lahir Gus Dur adalah 4 Agustus 1940.

“Selamat ulang tahun, pak. Walau untukmu itu tidak penting sama sekali, ini salah satu momen kami mensyukuri hadirmu dalam perjalanan bangsa ini. #TerimaKasihGusDur #HarlahGusdur,” kata Alissa Wahid, putri pertama Gus Dur dalam akun Twitter miliknya, Sabtu pagi (4/8).

Warganet pun beramai-ramai menulis cuitan dengan tagar Terima Kasih Gusdur dan Harlah Gus Dur. Bagi mereka, Gus Dur adalah bapak bangsa yang telah banyak menorehkan kerja dan pikir untuk kemajuan masyarakat Indonesia.  Semasa hidup, Gus Dur seringkali membuat pernyataan yang tak diduga-duga. Bahkan gaya khasnya yang santai sering menjadi penyegaran di masyarakat luas.

Greg Barton dalam bukunya Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, menyebutkan ia sangat dikagumi karena gaya bicara Gus Dur yang blak-blakan. Bahkan seringkali dikutip karena dia berani mengucapkan apa yang tidak berani diungkapkan, termasuk para wartawan ketika orde baru.

Sikap Gus Dur yang berani berpendapat membuat suami Sinta Nuriyah itu semakin tenar pada masa-masa akhir 1980-an. Saat itu kebebasan berpendapat dikekang oleh rezim Soeharto yang kurang suka diusik oleh sejumlah aktivis.

Greg menulsikan, pada April 1991 saat berbincang bersama wartawan Amerika Adam Swartz, Gus Dur berkata: "Tidak ada gunanya berdebat dengan pemerintah. Tidak ada dialog. Mereka hanya bicara sendiri saja. Percakapan mereka hanya serangkaian monolog. Kakunya pemerintahlah yang menyebabkan timbulnya represi dan hal ini pada gilirannya melahirkan sektarianisme.”

Tak hanya mengkritik pemerintah, Gus Dur juga seorang mubalig kelas kakap. Dia pernah mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir juga di Universitas Baghdad, Irak. Gus Dur juga pernah menuntut ilmu di Jerman dan Perancis. Napak tilas Gus Dur belajar dari timur ke barat membuat dia menjadi seorang tokoh religius nasionalis yang modernis.

Kepintaran dan kecerdasan Gus Dur mengantarkannya menjadi presiden RI keempat. Jabatan yang dia terima sesuai keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) setelah sebelumnya dilakukan pemugutan suara anggota majelis.

Gus Dur dilantik pada 20 Oktober 1999. Dia mengalahkan Megawati Sukarnoputri yang saat itu menjadi rival Gus Dur. Masa jabatan diakhiri pada 23 Juli 2001 oleh MPR dan digantikan oleh Megawati.

Selama menjabat sebagai Presiden, Gus Dur kerap dapat kritikan sejumlah kalangan dan masyarakat, terutama soal dirinya yang sering mengadakan kunjungan ke luar negeri. Namun, saat itu. Gus Dur menjelaskan kunjungan itu untuk menjaga keutuhan Indonesia.

Di era peralihan abad 20 ke 21, Indonesia saat itu rentan terjadi perpecahan. Dalam setiap kunjungan, Gus Dur meminta negara-negara di dunia tidak mendukung gerakan separatis di Indonesia yang ingin memisahkan diri dari Indonesia.

photo
Pengunjung melihat lukisan Gus Dur saat pameran Sejarah Islam di Nusantara yang digelar di Kantor PBNU, Jakarta.

Hari ini, selain bisa mengenang Gus Dur lewat jejak-jejak pemikiran dia, Syiir Tanpo Waton berbahasa Arab yang sering dibawakan Gus Dur pun menjadi pengingat. Syiir itu sering diputar di masjid-masjid Jawa-Timuran. Gusdurian yang merayakan Harlah Gus Dur pun juga tak ambil pusing soal kapan hari lahir Gus Dur yang sebenarnya.

Namun, beberapa kalangan mengungkapkan asal muasal tanggal 4 Agustus 1940. Saat Gus Dur masih duduk di bangku sekolah, ia ditanya oleh gurunya soal tanggal lahir dirinya. 

Dengan sedikit ragu, Gus Dur menjawab tanggal empat bulan delapan 1940. Tanggal yang dimaksud Gus Dur sebetulnya adalah sesuai kalender hijriyah. Tapi orang-orang memahami dalam masehi.   

Meski hal itu telah diketahui banyak orang, setiap 4 Agustus dan 7 September tetap diperingati sebagai milad KH Abdurrahman Wahid. Keluarga dan Gus Dur sendiri pun tak pernah mempermasalahkan soal itu.

Seperti kalimat khas seorang Gus Dur, “Gitu aja, kok repot.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement