REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Laznas LMI, Agung Heru Setiawan mengatakan berkurban pada saat hari raya Idul Adha selalu menumpuk di area
perkotaan. Sebab, menurutnya, kehidupan masyarakat perkotaan lebih tinggi secara ekonomi.
“Karena secara ekonomi, masyarakat perkotaan lebih tinggi kemampuannya untuk berkurban dibanding masyarakat pedesaan. Karenanya, memindahkan lokasi penyaluran kurban ke desa adalah salah satu pilihan untuk memeratakan daging qurban,” ungkap Agung kepada Republika.co.id, Jumat (27/7).
Oleh sebab itu, dia pun mengimbau masyarakat untuk melakukan kurban di daerah-daerah terpencil, daerah rawan pangan, rawan akidah, dan daerah rawan bencana. Laznas LMI, kata dia, melakukan pemberdayaan para peternak di desa-desa. Hewan kurban para peternak ini adalah peternak yang sudah menerima pembinaan dan pendampingan LMI.
“Kurangnya konsumsi daging bagi warga desa juga merupakan salah satu alasan kenapa Laznas LMI memprioritaskan masyarakat desa sebagai sasaran distribusi kurban. Dengan begitu walaupun setahun sekali masyarakat desa bisa menambah gizi,” terang Agung,
Dengan berkurban melalui Laznas LMI, dia mengatakan, para pekurban telah menunaikan syariat Islam secara utuh, mendukung pemenuhan gizi warga miskin, mendukung pemberdayaan peternak pedesaan, juga mendukung dakwah islam di daerah rawan akidah.
Selain itu, LMI juga melakukan kerja sama dengan beberapa masjid dan instansi serta perusahaan. Hal itu ditujukan untuk pengadaan hewan kurban sesuai syar'i dan membantu penyaluran daging kurban tepat sasaran. “Dengan dukungan kegiatan ini diharapkan kegiatan dakwah terutama di daerah rawan akidah bisa lebih semarak dan mampu membentengi akidah umat Islam,” tuturnya.