Jumat 27 Jul 2018 16:34 WIB

Survei: Hanya 33,6 Persen Pemuda Muslim Indonesia ke Masjid

Survei dilakuakn di 12 Kota besar di Indonesia.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Shalat berjamaah (ilustrasi)
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Shalat berjamaah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 66,4 persen pemuda Muslim tidak datang beribadah ke masjid setiap hari. Sementara sisanya, 33,6 persen mengatakan selalu datang beribadah di masjid setiap hari. Ini diketahui berdasarkan survei Departemen Kaderisasi Pemuda PP Dewan Masjid Indonesia (DMI) bekerjasama dengan Merial Institute.

Survei tersebut dilakukan terhadap generasi muda Muslim. Survei berlangsung pada 17-21 Juli 2018. Jumlah responden sebanyak 888 orang pemuda Islam berusia 16-30 tahun dan berdomisili di 12 kota besar yakni Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Makassar, Medan, dan Palembang.

"Namun di sisi lain, hanya 33,2 persen responden yang menganggap bahwa pengelolaan masjid saat ini telah mewakili aspirasi generasi muda. Mereka merasa perlu variasi kegiatan dan perbaikan dalam pengelolaan fasilitas di masjid," kata Ketua Departemen Kaderisasi Pemuda dan Remaja Masjid PP DMI M Arief Rosyid Hasan dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (27/7).

Arief melanjutkan, sebanyak 96 persen responden menganggap perlu kegiatan pengajian, zikir, tabligh akbar di masjid. Sedangkan 95 persen responden menganggap perlu kegiatan pendidikan seperti kursus dakwah, pelatihan imam, dan pesantren kilat di masjid.

Sementara itu, sebanyak 73,9 persen responden membutuhkan kegiatan usaha di masjid baik dalam bentuk koperasi, minimarket ataupun warung. Sedangkan 67,3 persen responden merasa perlu diadakan kegiatan olahraga dan kebugaran di masjid.

"Kekhawatiran berbagai pihak tentang masjid menjadi persemaian paham radikalisme juga tidak tampak. Hanya 6,98 peresn responden mengaku pernah menemukan materi ceramah yang berisi ajakan untuk memusuhi agama dan etnis tertentu. Dan hanya 2,03 persen yang setuju dengan materi tersebut," ujarnya.

Dalam survei itu, Arief menjelaskan, kekhawatiran masjid digunakan untuk tujuan politik praktis juga masih ada, namun tidak terlalu signifikan. Hanya 15,65 persen responden pernah menemukan materi ceramah yang berisi ajakan politik praktis di masjid. Dan hanya 15,54 persen yang setuju dengan materi tersebut.

Arief mengatakan, generasi muda tampak lebih banyak beribadah di masjid. Namun mereka membutuhkan variasi kegiatan sosial dan ekonomi di masjid. Mereka berharap masjid dapat dimanfaatkan lebih dari sekadar tempat ibadah salat. Meningkatnya harapan generasi muda umat Islam terhadap pengelolaan masjid perlu disambut gembira oleh berbagai pihak.

"Juga diikuti dengan perbaikan pelayanan dan fasilitas masjid. Sehingga harapan kita dapat tercapai, yakni umat Islam lebih banyak memakmurkan masjid, sekaligus dimakmurkan oleh masjid," kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement