Selasa 26 Jun 2018 15:17 WIB

Ulama Irak Puji Kerukunan Beragama di Indonesia

Indonesia dinilai ulama Irak mampu menyatukan perbedaan agama.

Rep: Muhyiddin/Novita Intan/ Red: Agung Sasongko
Kerukunan Beragama (Ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Kerukunan Beragama (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sejumlah tokoh Muslim Indonesia sedang mengikuti Konferensi Internasional tentang Moderasi dan Islam Wasathiyah di Baghdad, Irak, Selasa (26/6). Setidaknya ada tujuh delegasi yang dikirim Indonesia untuk mengikuti konferensi tersebut.

Ketujuh delegasi tersebut yaitu, Ketua Delegasi Mukhlis M Hanafi yang mewakili Menteri Agama, Ketua Hubungan Luar Negeri MUI KH Muhyiddin Junaidi, Alumni Azhar sekaligus mantan Pemred Harian Republika Ikhwanul Kiram Masyhuri, Saiful Mustafa, Fathir H Hambali, Auliya Khasanofa, dan Thobib Al-Asyhar.

Sebelum konferensi dimulai, ketujuh delegasi sempat melakukan pertemuan dengan ulama Irak yang menjadi Anggota Dewan Tertinggi Majma' Fiqh, yaitu Syekh Abdul Sattar Abdul Jabbar pada Senin (25/6) kemarin. Dalam kesempatan itu, Syekh Abdul Sattar mengapresiasi keberhasilan Indonesia dalam mengelola kerukunan dan kehidupan umat beragama.

"Kami mengakui bahwa Indonesia lebih maju dari kami dalam mengelola kehidupan umat beragama. Indonesia mampu menyatukan berbagai perbedaan agama, baik Islam, Hindhu, Buddha, Kristen dan lainnya. Kami sangat senang Indonesia bisa hadir dalam Konferensi Internasional tentang Islam Wasathiyah ini," ujar Abdul Sattar dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (26/6).

Menurut Abdul Sattar, seharusnya Islam bisa bersatu, khususnya menghadapi berbagai perbedaan internal. Perbedaan itu baik yang terkait Sunni dan Syiah, maupun perbedaan lainnya.

"Islam seharusnya bisa mengelola segala perbedaan, menyatukan berbagai mazhab, aliran, seperti Sunni, Syiah dan lainnya di seluruh dunia. Tentu, semua itu bisa dilakukan dengan penerapan Islam wasathiyah yang mengedepankan al-i'tidal (keseimbangan) dan tasamuh (toleransi)," jelasnya.

Konferensi Islam Wasathiyah akan berlangsung pada tanggal 26-27 Juni 2018. Konferensi ini akan diikuti oleh para delegasi dari 20 negara. Sebelumnya, delegasi Indonesia juga bertemu dengan Ketua Dewan Sunni Irak, Abdul Latief Al-Hamiem. Abdul Latief juga menyampaikan terima kasih atas kehadiran delegasi Indonesia pada Konferensi ini.

Menurut Abdul Latief, kehadiran Indonesia sangat penting karena dapat menyampaikan pengalamannya dalam penerapan moderasi Islam. Pihaknya siap melakukan kerjasama dengan pemerintah Indonesia dengan memberikan beasiswa S1 maupun S2 buat para mahasiswa, melakukan pertukaran ulama kedua negara, dan pengembangan wisata religi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement