Kamis 21 Dec 2023 14:28 WIB

Biksu Thailand: Moderasi Beragama Penting Diimplementasikan di Setiap Negara

Biksu Thailand mengajak terapkan moderasi beragama

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
 Tokoh Buddha asal Thailand, Ven Napan Santibhaddo saat menghadiri acara Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika Amerika Latin (KMBAAA) di Bandung pada Kamis (21/12/2023).
Foto: Republika/Muhyiddin
Tokoh Buddha asal Thailand, Ven Napan Santibhaddo saat menghadiri acara Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika Amerika Latin (KMBAAA) di Bandung pada Kamis (21/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Tokoh Buddha asal Thailand, Biksu Ven. Napan Santibhaddo mengatakan, ide moderasi beragama yang digaungkan Kementerian Agama RI perlu diimplementasikan di setiap negara. Hal ini karena, menurut dia, masih banyak orang yang belum mengerti tentang konsep moderasi beragama.

"Kita perlu mengimplememtasikan ide moderasi beragama di konferensi ini, karena itu penting bagi semua negara. Kebanyakan orang memang tidak mengerti dari tujuan dari ide itu untuk di kehidupan kita sehari-hari," ujar Biksu Santibhaddo saat ditemui Republika.co.id di acara Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika Amerika Latin (KMBAAA) di Bandung pada Kamis (21/12/2023).

Baca Juga

Dia pun mengajak kepada semua pihak untuk memiliki cara pandang yang sama tentang moderasi beragama.

Karena, menurut dia, konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia sekarang ini juga berdampak pada kehidupan umat beragama di setiap negara, termasuk di Thailand sendiri. 

"Seperti konflik di Israel-Palestina itu juga ada efeknya di Thailand, memunculkan sentimen keagaman dan memunculkan ujaran kebencian," ucap dia. 

Moderasi beragama adalah konsep yang menekankan pada sikap saling menghormati dan toleransi di antara kelompok agama yang berbeda. Hal ini menjadi pembahasan utama dalam Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika di Bandung. 

Konsep memecahkan konflik global dengan menggunakan agama sebagai solusi, saat ini tengah digodok bersama. Namun, apakah hal itu bisa masuk dan diimplementasikan di setiap negara, ini yang sedang diupayakan. 

"Jadi kita perlu masuknya melalui banyak aspek, baik edukasi lewat media atau sosial media. Memang tidak mudah hanya satu orang untuk yang bekerja mempromosikan moderasi beragama dan menciptakan kedamaian," kata Biksu Santibhaddo.

Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu (20/12/2023). Konferensi hasil kerja sama Balitbang Diklat Kementerian Agama bekerjasama dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki dan Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, serta delegasi dari berbagai negara dengan memainkan angklung bersama. 

Konferensi ini dihadiri delegasi dari 18 negara, seperti dari Kenya, Srilanka, India, Yaman, Sudan, Pakistan, Iran Meksiko, Mesir Libya, Kamboja, Mozambik, Irak, China, Uni Emirat Arab, Malaysia, Arab Saudi, dan Yordania.

Dalam sambutannya, Kepala Balitbang Diklat Kemenag, Prof Suyitno menjelaskan, konferensi ini mengusung tema "Religion and Humanity -Preparing for an Asia–Africa–Latin America (AALA) Conference: Menghidupkan Kembali Semangat Bandung dan Gerakan Non-blok dalam Menanggapi Dinamika Geopolitik Saat Ini”. 

Dia mengatakan, konferensi ini merupakan awal dari event yang lebih besar lagi pada 2024, yakni KTT Asia-Afrika dan Amerika Latin. Menurut dia, pihaknya masih menantikan delegasi dari negara-negara anggota PBB di Selatan, termasuk Brasil, Mesir, Meksiko, Arab Saudi, dan Afrika Selatan. 

"Harapan kami adalah bersama dengan Indonesia, negara-negara ini dapat mengatasi tantangan kontemporer terhadap perdamaian dan keamanan internasional," ujar Prof Suyitno. 

Baca juga: Ditanya Kristen Mengapa tak Lakukan Pembantaian di Yerusalem, Ini Jawaban Salahuddin

Dia pun menyampaikan tujuan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin ini. Pertama, yaitu untuk menghidupkan kembali semangat perdamaian dan persatuan sejak Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung dan diplomasi Indonesia di Amerika Latin.

Kedua, untuk meningkatkan peran Indonesia dalam diplomasi publik internasional melalui penguatan moderasi beragama. Ketiga, untuk mendorong suasana global yang damai dan kerukunan umat beragama. 

Keempat, untuk melawan meningkatnya kekerasan dan kelompok agama ekstrem. Kelima, untuk mengundang para pemimpin, cendekiawan, dan praktisi dari berbagai latar belakang untuk mendorong dialog yang mendorong moderasi, toleransi, kesetaraan, dan keamanan.

Keenam, untuk berkontribusi terhadap terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dalam perspektif agama. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement