REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu Prof Dr H Zainal Abidin, M.Ag mengatakan bahwa Islam sangat menganjurkan umatnya untuk membangun kehidupan yang harmoni melalui toleransi sosial dengan memperbaiki hubungan bertetangga.
"Nabi Muhammad SAW memberi teladan tentang hubunan bertetangga antar-iman, bahkan begitu istimewanya para tetangga sampai-sampai para sahabat Nabi mengkhawatirkan jangan-jangan para tetangga itu akan mendapatkan warisan dari tetangganya yang meninggal," katanya pada salat Idul Fitri di Masjid Agung Darussalam Palu, Jumat (15/6).
Di hadapan ribuan jamaah yang antara lain terdapat Gubernur Sulteng Longki Djanggola dan sejumlah petinggi daerah dari kalangan sipil dan TNI-Polri serta politisi tersebut, Prof. Zainal mengatakan bahwa harmoni kehidupan bertetangga adalah modal sosial yang perlu dipupuk dan ditumbuhkembangkan.
"Kearifan universal bertemu dengan kearifan lokal. Tak ada keberhasilan pembangunan tanpa didukung oleh keharmonisan penyelenggaranya, yang lintas etnis, agama, ras, profesi dan seterusnya itu," ujarnya dengan nada berapi-api.
Karena itu, kata mantan Rektor IAIN Palu itu, langkah awal terciptanya toleransi sosial adalah dengan memperbaiki hubungan bertetangga, dari hal yang kecil seperti berbagi makanan dengan niat ikhlas dan kejujuran sikap seperti yang diteladankan Nabi SAW.
Menurut dia, salah satu sifat yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagai pengejawantahan dari misi kerahmatan yang diemban oleh beliau adalah sikap toleransi, dan sebagai umat Muhammad, kita semua adalah penerus pengemban misi itu.
Ia kemudian mengutip salah satu hadis (HR Al-Bukari) yang menyebutkan: " ..sebuah prosesi jenazah datang dari jauh, tiba-tiba Nabi berdiri, lalu kami pun berdiri bersama beliau. Ketika iring-iringan itu mendekat, kami tersadar maka kami berujar: Ya Rasulullah, itu jenazah Yahudi. Namun Nabi tetap berdiri sambil bersabda: jika lewat iring-iringan jenazah, berdiri (hotmati) lah."
"Salah satu pesan moral dari hadis di atas adalah setiap manusia hendaknya menyadai bahwa kita semua memiliki nilai kemanusiaan (fitrah) yang sama meski berbeda agama, ras, budaya dan golongan. Di dalam jasmani manusia, terdapat ruh Ilahi yang serupa, yang dititipkan untuk menjadi motor kehidupan," ujarnya.
Oleh karena itu, kata pakar pemikiran Islam modern itu, sikap toleransi, saling memahami, menghargai dan menghormati harus dikedepankan dan ketika ruh itu kembali ke pangkuan Ilahi, dan yang tertinggal adalah jazadnya, kadar penghormatan itu tak boleh surut.
Terkait ibadah puasa, Prof Zainal mengatakan bahwa setiap ibadah itu di dalamnya terkandung pesan moral dan suatu ibadah itu dinilai dari sejauh mana ummat menjalankan pesan moral yang dikandungnya dan itu akan terwujud nyata lewat perubahan akhlak.
Salat Idul Fitri yang dipimpin Imam Masjid Agung Darussalam Palu H. Abdul Gani itu diikuti ribuan ummat yang memenuhi seluruh ruang dan halaman masjid terbesar di Kota Palu itu.
Situasi jalan raya se-Kota Palu tampak sepi karena ribuan ummat berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat sholat baik di masjid maupun lapangan-lapangan yang disiapkan sebelumnya.