REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mempertanyakan klaim para teroris yang mengaku berjihad dengan melakukan aksi bom bunuh diri. Sebab, cara jihad seperti itu, kata dia, sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW maupun para sahabat.
Bahkan, cara jihad yang dilakukan teroris sangat bertentangan dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Para teroris mengaku melakukan jihad untuk mati, sementara Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat berjihad agar syiar Islam bisa terus disebar.
"Nabi Muhammad SAW dan para sahabat perang berjihad tujuannya untuk apa? Untuk menang, untuk hidup. Gak ada yang tujuannya mati. Jadi gak benar kalau ada yang berjihad untuk mati, melakukan bom bunuh diri. Entah mazhabnya apa itu," kata Said Aqil di Kantor Wilayah Kemenag Jatim, Jalan Bandara Juanda, Sidoarjo, Kamis (7/6).
Perbedaan selanjutnya adalah Rasulullah SAW beserta para sahabatnya tidak pernah memperbolehkan anak di bawah umur mengikuti perang atau berjihad. Ini jelas berlawanan dengan para teroris yang mengaku berjihad dengan meledakkan diri di beberapa gereja di Surabaya.
Mereka menjalankan aksi tersebut dengan membawa anak-anak, yang bahkan merupakan anak kandung mereka sendiri. Bahkan, dari anak-anak tersebut, ada di antaranya yang masih berusia 9 tahun, 12 tahun, dan lain sebagainya.
"Abdullah bin Masud waktu Perang Badar ingin ikut, tapi gak boleh oleh Rasulullah SAW karena masih kecil. Waktu itu usianya baru 14 tahun. Ini kemarin ada yang masih umur 9 tahun, 12 tahun, katanya jihad. Padahal, Nabi Muhammad SAW melarang anak kecil ikut perang," ujar Said Aqil.
Baca juga, Indonesia Butuh Jihad Kebangsaan.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku terkesan ketika membaca saritilawah ayat-ayat jihad dan cinta pada acara Lailatul Qiroah peringatan Nuzulul Quran di Taman Bungkul Surabaya, Rabu (6/6) malam. Tri Rismaharini di Surabaya, Kamis (7/6), mengatakan, sebelum didaulat membaca saritilawah, ia dibantu pengurus NU mencari ayat dalam Alquran yang cocok untuk menjelaskan kepada masyarakat Surabaya terkait dengan jihad.
"Akhirnya saya menemukan ayat yang cocok itu," katanya.
Dengan penjelasan dari para ulama, ia memahami ayat-ayat jihad yang selama ini digunakan untuk melakukan tindakan teror adalah tidak mengambil ayat secara utuh, tetapi secara sepotong-sepotong. "Yang saya tahu, ayat yang digunakan mereka dipotong-potong, jadi yang untung, yang menguntungkan, dan sesuai dengan pikiran mereka, itu yang diambil. Ini harus dibantah dengan ayat-ayat yang di dalam Alquran yang seutuhnya, supaya mereka bisa jelas," ujarnya.