REPUBLIKA.CO.ID, SIGLI -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy mengatakan, masih banyak guru agama yang hanya memberikan aspek formal ibadah, tetapi belum banyak menyentuh yang bersifat rohani. Padahal rohani menjadi pondasi anak didik untuk dapat menjiwai dan beribadah secara konsisten.
Masih banyaknya fenomena orang yang rajin beribadah tetapi melakukan korupsi dan hal buruk lainnya, adalah dikarenakan belum tersentuhnya aspek rohani.
"Banyak orang yang rajin puasa, shalat lima waktu, haji berkali-kali tapi masih melakukan korupsi. Hal itu karena belum tersentuhnya aspek rohani sehingga melihat ibadah hanya sebagai rutinitas," ujar Muhadjir pada seminar Internasional "Tantangan Agama dan Pendidikan Karakter di Era Global" di Kota Sigli, Sabtu (5/5).
Di samping itu, Muhadjir meminta guru-guru agama sejak dini agar mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi kepada anak didiknya. Tujuannya, supaya tidak ada benih permusuhan berdasarkan perbedaan dalam beragama.
"Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk muslim terbesar, saya berharap guru agama dapat berperan dalam memberikan pelajaran Islam yang rahmatan lil Alamin," ujar Muhadjir dalam keterangan tertulis.
Dalam seminar yang diadakan dalam rangka Hari Pendidikan Nasional dan reuni alumni PGAN Sigli tersebut Muhadjir mengungkapkan, negara-negara Eropa, banyak yang menjadi sekuler sebab masa lalu agama yang cenderung tidak mentolerir adanya perbedaan pandangan. Hal itu menjadi bibit perpecahan yang berakibat menyebabkan peperangan, sehingga akhirnya agama ditinggalkan.
"Banyak juga negara muslim yang mengalami perpecahan karena dilanda perang saudara seperti di Baghdad dan Suriah karena adanya perbedaan, jadi peran guru agama menjadi sangat penting dalam menjaga keutuhan bangsa," ujarnya.
Guru agama, menurut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini, harus mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, saling toleransi, saling menghargai sehingga bisa menanamkan karakter yang kuat pada anak didik.