REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara lembaga yang turut berkiprah membangun pendidikan di perbatasan adalah lembaga amil zakat nasional (Laznas). Sebut saja Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar.
“Laznas BMH memiliki komitmen membangun masyarakat pedalaman, perbatasan dan kepulauan. Khusus masyarakat perbatasan BMH telah eksis di Kalimantan Utara, Jayapura dan Merauke,” kata Direktur Utama BMH, Marwan Mujahidin melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (1/5).
Ia menambahkan, di Kalimantan Utara, BMH bersama masyarakat dan pemerintah setempat telah menjalankan program pendidikan diniyah dan umum di Pulau Sebatik. Untuk sampai ke pulau ini, tim mesti bergerak dengan speed boat dari Tarakan ke Nunukan, kemudian menyeberang dengan kapal kayu ke Sebatik selama kurang lebih 30 menit.
Terbaru, di Sebatik, program pembangunan pesantren tahfizh mendapat dukungan masyarakat dan pemerintah sekaligus.
"Pesantren tahfizh ini berlokasi di Jalan Mulawarman RT. XI Desa Aji Kuning Kecamatan Sebatik Tengah Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Untuk program ini, warga berduyun-duyun menghibahkan tanah, berharap pesantren tahfizh segera berdiri," jelas Kepala BMH Perwakilan Kalimantan Utara, Lukman bin Thalib.
Selain di Sebatik, Laznas BMH juga memulai program pembangunan SD Integral Al-Ikhlas di Desa Makmur Kecamatan Tulin Onsoi Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
"Untuk ke Tulin Onsoi, jarak yang mesti ditempuh sejauh 350 km dari Tanjung Selor Bulungan. Jika berangkat dari Nunukan itu mesti naik speedboat dua jam. Itu pun jadwalnya tidak pasti, jika cukup penumpang, speed jalan. Jika penumpang kurang, maka speed tidak jalan," terang Lukman.
Kemudian di Ujung Timur NKRI, tepatnya di Merauke, Laznas BMH terus melakukan pengembangan program pendidikan diniyah di berbagai titik, seperti di Desa Kumbe, Surmayam, dan Distrik Muting.
"Di Kumbe, BMH telah mendirikan RA (TK) Al-Izzah dan TPQ Ashabul Kahfi yang berada di Jalan Yossudarso RT 07 RW 02 Kumbe Kampung Kecil Kecamatan Malind Merauke Papua. TPQ ini telah berjalan lebih dari empat tahun dipimpin oleh Ustadz Feri Irawan (31 tahun)," ungkap Kepala BMH Perwakilan Papua, Syahriadi.
Taman Pendidikan Quran (TPQ) di Distrik Muting.
Menariknya, TPQ di sana berjalan terus. "Sekalipun murid-muridnya sudah lulus SD, bahkan lulus SMA, mereka tetap ke TPQ, meskipun tugasnya ikut membantu mengajar dai tangguh yang membina di sana. Melalui TPQ ini terlihat anak-anak yang cerdas dan memiliki minat belajar tinggi. Akhirnya beberapa anak binaan bisa lanjut kuliah, seperti ke Kampus Ar-Royah Sukabumi, Jawa Barat. Sekarang sebagian sudah kembali dan mengabdi di masyarakat," imbuh Syahri.
Selain itu, selama lebih dari 25 tahun, BMH telah mendukung pendidikan yang diselenggarakan oleh Pesantren Hidayatullah Merauke, yang kini telah memiliki pendidikan dari TK hingga tingkat SMA. Dari pesantren ini lahir kader dai dan pendidik yang terus menguatkan kiprah dakwah dakwah dan pendidikan di Merauke.
Program pendidikan yang dilakukan BMH, termasuk pendidikan memang bersifat sustainable (berkelanjutan). "Kami berupaya, setiap program yang dijalankan oleh BMH bersifat berkelanjutan, sehingga tidak musiman atau sebatas donor darah. BMH terus-menerus menghidupkan dan mendorong perubahan. Karena penerima manfaat bagi BMH bukan sebagai objek, tetapi sebagai subjek perubahan itu sendiri," papar Marwan Mujahidin.
Sekolah gudang jadi gedung
Salah satu peran yang diambil LAZ Al Azhar dalam bidang pendidikan adalah di Teluk Kepayang. Ini adalah desa terpencil yang terletak di Kecamatan Kusan Hulu, KabupatenTanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Daerah yang sudah padat penduduk ini hidup aman dan damai dalam keberagaman. Namun potret pendidikan di wilayah ini sangat memprihatinkan.
Siaran pers LAZ Al Azhar yang diterima Republika.co.id, Selasa (1/5) menyebutkan, remaja Teluk Kepayang yang melanjutkan sekolah ke jenjang SMA terbilang sedikit sekali, bisa dihitung dengan jari. Faktor ekonomi serta akses yang terbatas menjadi salah satu penyebab utamanya.
Kehidupan dan pergaulan remaja di desa ini juga membuat hati teriris-iris. Setelah lulus SMP banyak yang langsung terjun ke dunia kerja menjadi buruh kasar seperti mendulang emas tradisional dan penebang pohon karena hasilnya yang menjanjikan. Akibatnya, karena tanpa dibekali ilmu yang cukup, mereka menghabiskan upah hasil kerjanya dengan menggelar pesta narkotika,miras hingga ke rumah bordil.
Melihat kondisi ini, membuat hati seorang pengajar Defti Agustiani (31th) tergerak untuk berbuat sesuatu. Ia bermusyawarah dan mengajak kepala desa serta aparat desa lainnya untuk mendirikan SMA agar remaja di desanya memiliki kegiatan positif serta ilmu penegtahuan sebagai bekal masa depannya.
Usulannya itu pun disetujui semua pihak. Akhirnya berdirilah SMK/Agribisnis Tanaman Pertanian (ATP) Teluk Kepayang. Jurusan pertanian ini dipilih karena potensi Desa Teluk Kepayang yang dikelilingi oleh perusahaan sawit, karet dan lain-lain.
Murid pertama yang mendaftar saat itu berjumlah 30 dengan enam orang pengajar secara sukarela. Karena tidak memiliki gedung akhirnya para murid terpaksa belajar di gudang bekas PT Valgoson, sebuah perusahaan kayu yang sudah berhenti beroperasi sejak tahun 1980.
Azhar-SMK Teluk Kepayang waktu masih di Gudang Valgoson.
Selama ini gudang tersebut sudah beralih fungsi menjadi kandang ternak sejak tidak digunakan oleh pabrik. Akhirnya dengan semangat gotong royong gudang dibersihkan hinga terkumpul dua karung penuh kotoran kambing dan sapi.
”Saat itu hewan-hewan ternak di sini tidak ada yang punya kandang, jadi tinggalnya di gedung-gedung kosong. Dan gudang itu salah satu yang paling banyak hewannya,” ujar ibu tiga anak ini saat menceritakan perjuangannya.
Setelah satu tahun berjalan, SMK Teluk Kepayang bagai hidup tanpa bernafas karena masih minim guru yang paham tentang pertanian. Murid pun lebih banyak belajar di kelas daripada praktik di lapangan. Akhirnya Defti bertemu dengan Tim LAZ Al Azhar yang kemudian menempatkan Dasamas (Da’i Sahabat Masyarakat) sebagai guru pendamping di bidang pertanian.
Melalui program Indonesia Gemilang, SMK Teluk Kepayang telah membentuk kader-kader pemberdayaan desa di sekitar Tanah Bumbu yang mempunyai skill dalam pertanian dan perkebunan. “Bantuan operasional sekolah juga disalurkan lewat program Beasiswa 3G serta penguatan manajemen pendidikan di sekolah. Guru yang tadinya menerima gaji enam bulan sekali kini sudah rutin setiap bulan,” kata Direktur Eksekutif LAZ Al Azhar, Sigit Iko Sugondo.
Defti juga terus memperjuangkan agar sekolah memiliki gedung sendiri, sehingga murid bisa belajar dengan nyaman. Dan ikhtiar tanpa lelahnya ini berbuah manis dengan datangnya bantuan gedung dari pemerintah pada tahun 2017.
Siswa SMK Teluk Kepayang tengah belajar.
Tak hanya mempunyai gedung sendiri, tempat prestasi murid SMK Teluk Kepayang terbilang cemerlang meski berada di pedalaman. Para murid diajarkan untuk selalu percaya diri dan berani meski harus bersaing dengan sekolah-sekolah yang lebih besar dan terkenal.
Prestasi yang sudah dicapai diantaranya masuk 10 besar lomba pidato PAI (Pendidikan Agama Islam) tingkat nasional yang diselenggarakan di Aceh, juga juara 1 tenis meja dan lomba badminton tingkat kabupaten. Bahkan setiap tahun murid SMK Teluk Kepayang terpilih menjadi mitra Koramil dalam membuat video kolosal yang ditayangkan setiap perayaan kemerdekaan Republik Indonesia.
Kini SMK Teluk Kepayang sudah meluluskan tiga angkatan sebanyak 68 siswa. Sebanyak 80 persen alumni sudah diserap oleh perusahaan seperti karyawan, guru PAUD dan bekerja di kantor pemda. Sementara 20 persennya bekerja di sektor lain.
Defti pun berharap agar ke depan SMK Teluk Kepayang semakin maju dengan tenaga profesional di bidang pertanian melalui pendampingan dari LAZ Al Azhar dan para alumninya bisa meningkatkan perekonomian dan mengangkat derajat Desa Teluk Kepayang.