Senin 30 Apr 2018 15:08 WIB

Pengadilan Inggris Perintahkan Prioritaskan Pemakaman Muslim

Yahudi dan Islam mengharuskan jenazah dikuburkan sesegera mungkin.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Pemakaman Muslim di Cadderton, Oldham, Inggris.
Foto: www.manchestereveningnews.co.uk
Pemakaman Muslim di Cadderton, Oldham, Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pengadilan Tinggi Inggris memerintahkan petugas koroner di London untuk menghormati keyakinan agama orang yang meninggal, saat mereka menentukan urutan di mana mayat dapat dimakamkan. Koroner adalah orang yang melakukan investigasi untuk menentukan penyebab dan cara kematian seseorang.

Koroner senior Mary Hassell telah mengumumkan dia tidak akan memprioritaskan pemakaman Yahudi dan Muslim atas yang lainnya. Meskipun, faktanya hukum dalam agama Yahudi dan Islam mengharuskan jenazah dikuburkan sesegera mungkin setelah kematian, idealnya pada hari yang sama saat orang bersangkutan meninggal.

Menurut Jewish Chronicle yang berbasis di London, pada Jumat lalu Pengadilan Tinggi Inggris menyebut kebijakan 'aturan peringkat' dari Hassel tersebut sebagai hal yang tidak sah, tidak rasional serta diskriminatif. Hassel adalah koroner senior di Kantor Koroner St. Pancras di pusat kota London. Yurisdiksinya mencakup konsentrasi terbesar dari Yahudi Ortodoks Haredi di Eropa dan komunitas Muslim terbesar di Inggris.

Lembaga Pemakaman Adath Yisrael yang berbasis di London mengajukan langkah ke pengadilan terkait kebijakan Hassel tersebut. Mereka menekankan pada kesulitan yang meluas di antara dua komunitas agama tersebut.

Lord Justice Singh menulis dalam pendapat mayoritasnya, kelemahan mendasar dalam kebijakan saat ini diadopsi terdakwa adalah kebijakan itu gagal untuk menyentuh keseimbangan yang adil.

"Apa yang tampak seperti kebijakan umum yang berlaku untuk semua orang yang sama mungkin sebenarnya memiliki dampak yang tidak setara pada minoritas. Dengan kata lain, memperlakukan semua orang dengan cara yang sama tidak harus memperlakukan mereka sama. Keseragaman bukan hal yang sama dengan kesetaraan," demikian keputusan pengadilan tersebut, seperti dilansir di The Times of Israel, Senin (30/4).

Pada Desember lalu, The Jewish Chronicle melaporkan seorang wanita melakukan 210 panggilan telepon ke Kantor St. Pancras Coroner, sebelum diyakinkan ayahnya akan dimakamkan empat hari setelah kematiannya. Keluarga lainnya diberitahu mereka harus menunggu dua pekan untuk dilakukan proses autopsi sebelum pemakaman dapat dilaksanakan.

Setelah pertemuan dengan Hassell pada Januari, para pemimpin Yahudi menyerukan pemecatannya. Setelah adanya keputusan pengadilan, wakil ketua Dewan Deputi Yahudi Inggris Marie van der Zyl dalam sebuah wawancara dengan BBC meminta Hassell mengundurkan diri jika dia tidak dapat mengikuti kebijakan, yang memungkinkan perlakuan istimewa terhadap orang Yahudi dan Muslim.

"Dia sebelumnya mengatakan dia tidak akan menggunakan keleluasaannya untuk menentukan kasus, yang perlu dia lakukan untuk menegakkan kebebasan beragama dari beragam komunitas yang dia layani adalah 'adil.' Jika dia tidak bisa melaksanakan fungsi dasar dari perannya, dia harus meninggalkan posisinya," kata Zyl.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement