REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isra Mi'raj merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha.Di sana, Nabi bertemu dengan Allah SWT.
Dari peristiwa tersebut, Allah SWT memberikan perintah shalat lima waktu kepada Muhammad dan umatnya. Oleh karena itu, perintah ini merupakan sesuatu yang sangat penting sebagai fondasi Islamnya seseorang yang masuk dalam rukun Islam.
Allah juga telah memberikan gambaran tentang waktu-waktu shalat. Hal tersebut tertuang dalam surah al-Isra'(17): 78. Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) Subuh.Sesungguhnya, shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Tergelincirnya matahari dalam ayat tersebut menunjukkan waktu shalat Zhuhur dan Ashar dan gelap malam untuk shalat Maghrib dan Isya. Sedangkan, Subuh, disebutkan secara jelas dalam ayat tersebut.
Tujuan shalat sebagai mana disebutkan dalam Alquran surah al-Ankabut (29): 45, yaitu untuk mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Ustaz Abdullah Taslim dalam majelis taklim Sahabat Surga di Masjdi Nurul Iman Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, belum lama ini, mengatakan, shalat merupakan tolok ukur kadar ke imanan seseorang. Karenanya, ia mengajak umat Muslim agar bersungguh-sungguh melaksanakan shalat. Orang yang beriman adalah mereka yang khusyuk dalam shalat, ujar Ustaz Abdullah.
Menurut Ustaz Abdullah, kekhusyukan ketika shalat merupakan standar keimanan seseorang. Ia menilai, fenomena saat ini, yakni banyak Muslim tidak khusyuk ketika shalat. Padahal, melaksanakan shalat sesuai dengan standar diyakini akan menyelamatkan dunia dan akhirat.
Karenanya, Ustaz Abdullah menegaskan, agar umat Islam mengusahakan khusyuk ketika menghadap Allah.Dengan begitu, amalannya akan diterima dan diridhai oleh Allah. Sehingga, keimanan benar-benar tumbuh di hati setiap individu.
Pohon iman yang benar tumbuh di hati, khusyuk selalu dominan dalam hidupnya. Itu namanya pohon iman yang tumbuhnya benar, kata Ustaz Abdullah.
Dalam kesempatan tersebut, Ustaz Abdullah mengingatkan tentang pentingnya memperkuat keimanan.Dia menjelaskan, saat ini, banyak fitnah yang bertebaran dalam kehidupan sehari-hari, sehingga berpotensi mengubah ke imanan seseorang.
Memasukkan iman di hati perlu diulang-ulang dan dipraktikkan, tuturnya.
Ustaz Abdullah juga menyinggung tentang ilmu yang harus dimiliki setiap orang. Menurutnya, orang berilmu adalah mereka setiap perkataannya selalu berdasarkan dalil-dalil Alquran dan su nah.Sehingga, ilmu yang disampaikan juga merasuk ke dalam hati pendengarnya.
Dia menjelaskan, Alquran sesungguhnya hanya akan menuju kepada mereka yang berilmu. Dengan demikian, memahami Alquran dengan ilmu akan semakin memperkuat keimanan. Ustaz Abdullah mengatakan, membangun iman harus dengan metode yang benar, yakni sesuai dengan dalil. Belajar harus tertarik dengan dalil daripada ucapan manusia. Jangan hanya suka penje- lasan, ujarnya.
Ustaz Abdullah menilai, saat ini terjadi kemunduran dalam proses belajar yang dilakukan umat Muslim.Ia mengatakan, kondisi sekarang belajar mereka lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas.
Mereka lebih mementingkan retorika yang apik agar pendengarnya lebih betah ketimbang materi yang disampaikan berkualitas. Dalam artian, materi tersebut penuh dengan dalil-dalil Alquran dan sunah sebagai referensi.
Ustaz Abdullah menekankan agar mempraktikkan ilmunya secara berulang-ulang. Hal tersebut yang pernah dilakukan oleh para sahabat, sehingga mereka sangat teguh imannya serta istiqamah. Dampaknya, ilmu yang dipelajari merasuk ke dalam hati mereka.
Ia menambahkan, ilmu yang bermanfaat adalah yang mampu menyentuh hati dan berdampak kepada kehidupan sehari-harinya. Ilmu bermanfaat, katanya, tidak terlepas dari sumber yang digunakan sebagai referensi. Sumbernya baik, penampungannya juga harus baik.Berhasil orang yang belajar seperti ini,kata Ustaz Abdullah.