REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Wakaf Indonesia (BWI) menyebut, saat ini, potensi wakaf di Indonesia cukup besar. Melalui pengelolaan wakaf produktif, diyakini akan berdampak besar pada perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia.
Ketua Umum BWI, Mohammad Nuh mengatakan, potensi wakaf tersebut dapat diperkuat melalui jejaring seperti perbankan syariah, Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (Mukisi) hingga badan wakaf internasional.
"Potensi wakaf luar biasa, tapi harus dibentuk jaringan karena akan ada fungsi melengkapi, memperkuat dan memenuhi," ujarnya saat acara International Islamie Healthecare Conference and Expo Mukisi, di Jakarta Convention Center, Kamis (12/4).
Nuh mencontohkan, bentuk jejaring potensi wakaf bisa dilakukan melalui layanan kesehatan berupa pembangunan rumah sakit. Semisal, pengembangan produk yang menjadi kebutuhan dasar rumah sakit syariah tersebut.
"Rumah Islam kalau sendiri-sendiri jadi mirip lidi, mudah dipatahkan tidak bisa dipakai untuk apa-apa," ucapnya.
"Membentuk jejaring dengan Mukisi contoh urusan infus. Kalau infus kebutuhan dasar rumah sakit. Mukisi dijamin halal hingga mencuci pakaian dikembangkan oleh Mukisi, akan menjadi kedashatan," ujarnya.
Menurut Nuh, saat ini, ada beberapa pembangunan rumah sakit yang bermodal dari wakaf. Seperti rumah sakit Dompet Dhuafa dan Sultan Agung.
"Kalau dikumpulkan rumah sakit karena modal dasar dari wakaf, maka hitungan bisnis akan beda kalau minjam modal dari bank. Maka, modalnya bisa ditekan karena urusan pengembalian, yang ditanggung kesehatan untuk masyarakat harus bisa dijangkau," ungkapnya.