Sabtu 31 Mar 2018 21:33 WIB

Ali Assegaf Beri Konfirmasi Soal Buku '57 Khutbah Jumat'

Indikasi syiah itu seharusnya bisa terjawab melalui hasil kajian.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Budi Raharjo
Buku (ilustrasi)
Foto: today.msnbc.msn.com
Buku (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Buku '57 Khutbah Jumat: Runut Logika Agama yang Terpadu dengan Kebangsaan dan Sentuhan Do'a' ditulis tanpa mazhab agar bisa diterima oleh banyak pihak. Hal ini disampaikan pimpinan Lembaga Islam Integral, Ali Assegaf, Sabtu (31/3) yang menerbitkan buku tersebut.

Pernyataan Ali ini sekaligus membantah dugaan bahwa buku yang diterbitkannya ini mengandung ajaran syiah. "Buku ini dibuat dengan dua pola yakni dari NU dan Muhammadiyah," kata Ali saat dihubungi Republika. Menurutnya, kelahiran buku tersebut adalah respons terhadap kekhawatiran masjid dijadikan sebagai tempat pengkafiran di desa-desa.

Ali mengatakan buku ini bernafaskan NKRI dan Pancasila. Dari 57 Khutbah di dalam buku, beberapa datang dari NU dan lainnya dari Muhammadiyah. Bahasa disajikan berupa logika sederhana sehingga orang-orang mudah memahaminya.

Dengan buku ini, ia berharap bisa menjadikan Indonesia tidak terjebak dengan upaya kotor merusak citra pemerintah. "Dengan memberikan buku ini di mesjid para khotib bisa punya banyak pilihan," kata dia.

Meski Ali menegaskan bahwa ia tidak memaksakan buku tersebut untuk diterima semua pihak. Lembaga-lembaga Islam lain pun bisa membuat buku sejenis sehingga dapat memperkaya mesjid dengan banyak pilihan khutbah.

Ia mengaku menyayangkan ada lembaga yang ingin mengontrol cara berpikir masyarakat. "Hal itu mungkin karena khawatir salah satu tema buku ini, yakni tentang kebodohan adalah sarana terorisme," kata dia.

Sehingga semua upaya pelarangan buku atau pemaksaan buku menjadi cara melawan kemajuan suatu bangsa dan jauh dari misi pembangunan negeri. Menurut Ali, sudah saatnya agama atau aliran tidak lagi sebagai sarana pecah belah.

Melainkan, perbedaan agama dan aliran semua agama menjadi energi pembangunan. "Buku ini jika dibaca kawan-kawan non muslim akan memberi pesan islam yang punya nilai kemuliaan, keluhuran dan mengecilkan jarak kesalahan pandang keagamaan walau tetap berbeda dalam agama," kata dia.

Buku ini juga diharapkan memotivasi rekan-rekan non muslim untuk buat khutbah gereja setiap minggu dengan nafas Pancasila dan NKRI. Sehingga kelak bila orang mesjid di sebuah desa berdialog dengan orang gereja, tetap dengan semangat pembangunan pancasila.

"Buku ini baru upaya pertama yang semoga akan kita teruskan menjadi tiga buku sejenis," kata Ali. Dengan tema utama soal etos kerja di jilid kedua dan motivasi di jilid ketiga. Selain itu ada tema penjagaan NKRI dan takwa pada jilid keempat.

Menurut Ali, peluncuran buku dilakukan dengan sukses dan meriah. Ada banyak tokoh agama yang hadir, termasuk pimpinan MUI yang mengeluarkan hasil kajian buku terindikasi syiah.

Ali mengatakan ia telah menyampaikan testimoni dan pertanyaan kepada MUI Kabupaten Jember terkait hal ini. Ia meminta klaim ilmiah dan bukti yang menyebutkan bahwa buku tersebut tidak layak.

Menurutnya, indikasi syiah itu seharusnya bisa terjawab melalui hasil kajian. "Tapi ini hasil kajiannya adalah indikasi," kata Ali. Ia meminta penjelasan dari MUI Kabupaten Jember dan menunggu undangan untuk diminta konfirmasi yang hingga saat ini belum diterimanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement