Rabu 21 Mar 2018 15:15 WIB

Muslim Rusia dan Masa Kelam di Era Kekaisaran dan Soviet

Akan tetapi, geliat Islam tak lantas pudar.

Muslim Rusia (ilustrasi)
Foto: EPA/Artur Shvarts
Muslim Rusia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terentang jauh ke belakang, agama Islam pertama kali masuk ke Rusia, yakni di Dagestan pada pertengahan abad ke-7 lalu berkembang hingga ke Kaukasus Utara, terutama lewat jalur perdagangan dengan negara-negara Muslim sekitar.

Ketika itu, pasukan Muslim di bawah kepemimpinan Abd Rahman ibn Rabiah, mencapai Kaukasus Selatan setelah mengambil alih kendali di Persia dan al-Quds (Yerusalem). Pasukan tersebut berhasil menaklukkan Kerajaan Kazar yang berkuasa di wilayah ini selama masa Pemerintahan Bani Umayyah, tahun 737 masehi. Tak lama, Kerajaan Kazar pun tunduk kepada penguasa Bani Umayyah, yang lantas mengubah wilayah ini sebagai pusat administrasi sekaligus penyebaran Islam kepada penduduk asli Kaukasus.

Hingga selanjutnya, terbentuklah negeri Muslim yang pertama, Volga Bulgaria pada tahun 922. Dari sinilah akhirnya Islam dapat lebih melebarkan pengaruhnya sampai ke wilayah utara dan timur Rusia, khususnya Siberia.

Oleh penduduk lokal, agama Islam dapat diterima dengan terbuka. Ini karena ide-ide universal yang dibawa seperti keadilan, persaudaraan, antikezaliman, dan mencintai ilmu, mampu merebut hati warga.

Gelombang kedua masa penyebaran Islam di Rusia berlangsung pada periode kekuasaan bangsa Mongol di bawah pimpinan Jusi Ulusi atau Altan Ordon, yang mendiami kawasan utara Mongolia pada tahun 1242. Mereka memang sempat mengendalikan wilayah Kaukasus dan Dagestan, akan tetapi tidak memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan sosial warga.

Jadilah, segala yang ada di masyarakat tidak berubah, misalnya budaya, agama, bahasa, dan lainnya. Maka itu, di awal abad 15, muncul kerajaan-kerajaan Islam di setiap kawasan, kecuali wilayah antara kota Moskow dan Kiev yang memang dihuni etnis Slav.

Hingga akhirnya, kerajaan-kerajaan kecil Islam ini ditaklukkan oleh Kekaisaran Rusia pada abad ke-16. Dan, yang pertama kali tunduk adalah kerajaan Islam di Volga-Ural, mengingat Rusia memang mengincar kawasan itu karena dinilai amat strategis untuk jalur transportasi.

Pada 15 Oktober 1552, seusai mengalahkan Kerajaan Kazan, kerajaan terkuat di kawasan tadi, peluang Imperium Rusia untuk kian menancapkan pengaruh di daerah Volga dan Laut Kaspia, semakin terbuka lebar.

Inilah awal kemunduran itu. Pada pertengahan abad ke-18, Muslim Rusia tidak dibolehkan melakukan aktivitas keagamaan, membangun masjid, dan sekolah. Intinya, apa pun yang bernafaskan keagamaan, coba diredam oleh penguasa Rusia.

Situasi kelam terus berlangsung selama berpuluh-puluh tahun. Pun, ketika meletusnya revolusi komunis pada 1917, semakin memunculkan situasi yang sangat buruk bagi semua pemeluk agama, terutama Muslim. Puncaknya adalah saat terjadi pemberantasan agama sejak 1927.

Akan tetapi, geliat Islam tak lantas pudar. Kendati tertindas semasa rezim komunis berkuasa, akar budaya ataupun sejarah Islam yang panjang, tak pernah tercabut.

Sampai terjadilah momentum reformasi ekonomi, sosial, dan politik di penghujung tahun 80-an, dengan runtuhnya negara adidaya Uni Soviet. Hal itu lantas dimanfaatkan oleh elemen Muslim Rusia untuk berbenah serta menata kembali kehidupan sosial dan keagamaannya.

Kini, komunitas Muslim Rusia boleh berbangga. Mereka tercatat merupakan komunitas Muslim terbesar di Eropa. Jumlahnya mencakup sekitar 15-20 persen populasi penduduk dan terus bertambah dari waktu ke waktu.

Di samping berasal dari Muslim keturunan, banyak di antara mereka merupakan Muslim Rusia yang mualaf. Bahkan, bisa dikatakan, 60 persen pemeluk baru adalah etnis Rusia yang sebelumnya tidak beragama (ateis).

Faktor imigrasi dari wilayah Utara Kaukasus dan Asia Tengah, juga memengaruhi pertambahan populasi Muslim. Tapi, ada satu hal yang menjadi perhatian serius kalangan Kristen Ortodoks Rusia, yakni adanya krisis kependudukan di kalangan etnis Rusia yang menyebabkan penurunan populasi 700 ribu orang per tahun.

Inilah yang menimbulkan kekhawatiran, lantaran mereka bisa saja menjadi minoritas dan kehilangan identitas Rusia-nya. Apabila tren semacam ini terus berlanjut, diperkirakan populasi Muslim dalam 30 tahun mendatang bisa melebihi etnis Rusia. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan Muslim akan menjadi mayoritas di dinas ketentaraan Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement