Senin 12 Feb 2018 10:05 WIB

Din: Umat Beragama Diharapkan Bisa Hidup Rukun

Sejak 2010, Indonesia selalu ikut merayakan World Interfaith Harmony Week.

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban Din Syamsuddin (dari kiri ke kanan), Wakil Ketua MPR  RI Hidayat Nur Wahid, Seorang Cendikiawan Muslim dalam Ilmu-ilmu Al-quran Quraish Shihab, Duta Besar Kerajaan Yordania Alhasyimiah untuk Indonesia, Walid Abdel Rahman Jaffal Al-Hadi bersama para pemuka agama menghadiri acara World Interfaith Harmony Week 2018 yang bertajuk ‘Rukun dan Bersatu, Kita Satu, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (11/2).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban Din Syamsuddin (dari kiri ke kanan), Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Seorang Cendikiawan Muslim dalam Ilmu-ilmu Al-quran Quraish Shihab, Duta Besar Kerajaan Yordania Alhasyimiah untuk Indonesia, Walid Abdel Rahman Jaffal Al-Hadi bersama para pemuka agama menghadiri acara World Interfaith Harmony Week 2018 yang bertajuk ‘Rukun dan Bersatu, Kita Satu, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh lintas agama merayakan bulan keharmonisan antar agama atau World Interfaith Harmony Week 2018 di Jakarta Convention Canter (JCC), Ahad (11/2). Sejak 2010, Indonesia selalu ikut merayakan World Interfaith Harmony Week.

 

Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsudin mengatakan acara tersebut mengangkat tema "Rukun dan Bersatu, Kita Satu". Acara ini dimaksudkan agar semua umat beragama dapat duduk bersama untuk hidup rukun.

"World Interfaith Harmony Week memberi makna dan sangat berarti sekali bagi bangsa ini," ujar Din saat ditemui usai acara.

Menurut dia, kesepakatan yang dirumuskan oleh 450 pemuka agama yang datang dari seluruh Indonesia juga turut disampaikan dalam perayaan Bulan Keharmonisan Antar Agama ini. Ia berharap kesepakatan itu dapat memperkuat kerukunan antar umat beragama.

"Ini diharapkan kita sebagai bangsa Indonesia umat beragama bisa secara bersungguh-sungguh untuk menjalankan kerukunan itu," ucapnya.

Sebelumnya, tokoh-tokoh pemuka agama juga telah menyelenggarakan musyarawah besar (Mubes) untuk kerukunan bangsa di Grand Sahid Jaya, Jakarta pada 8-10 Februari 2018. Dari Mubes itu menghasilkan sejumlah rumusan pandangan dan sikap umat beragama tentang etika kerukunan antar umat beragama.

"Saya pribadi berharap agar kerukunan sejati dapat hidup khususnya antar umat beragama. Kita sudah sepakat kemarin apa yang disebut dengan etika kerukunan," kata Din.

Sebagai informasi, Perayaan World Interfaith Harmony Week sendiri merupakan resolusi PBB untuk kerukuan umat beragama di seluruh dunia. Perayaan ini merupakan usulan Raja Abdullah II dan Pangeran Ghazi bin Muhammad dari Yordania pada tahun 2010 yang bertujuan untuk mempromosikan keharmonisan antar umat beragama di seluruh dunia.

Sementara itu, tokoh agama dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Pandita Damodara mengatakan bahwa acara tersebut perlu dikrmbangkan terus untuk menjaga bangsa ini dari perpecahan.

"Acarq ini luar biasa dan ini perlu dikembangkan terus demi kemajuan bangsa. Jadi negeri ini adalah negeri yqng heterogen dan kita semua menyadari hal ini demi kemajuan bangsa," katanya.

Menurut dia, untuk meningkatkan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, semua tokoh agama sangat berperan penting untuk menyadarkan umatnya masing-masing.

"Setiap tokoh agama harus memberikan kesadaran yang baik kepada umatnya bahwa kita adalah satu umat manusia yang berketuhan dan beragama. Satu prinsip agama bahwa kita cintai tuhan dan kasihi setiap makhluk hidup. Itu dasar agama," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement