REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deretan kawah kecil membentang di tanah gersang itu. Pemandangan tersebut terpampang jelas saat Anda melintasi kawasan tertentu di Oman dari udara.
Ya, deretan kawah tersebut merupakan puncak akses dan poros ventilasi sebuah sistem yang luar biasa. Sebuah sistem saluran irigasi bawah tanah. Di salah satu negara Arab ini, sistem itu disebut Falaj atau Aflaj jika jamak.
Bukan hanya di Oman, sistem pengairan seperti ini juga lazim ditemui di negara sekitarnya dengan nama berbeda. Di Iran dan negara Muslim lainnya, sebutannya qanat dan foggara di Afrika Utara. Pasokan air yang berasal dari falaj sangat vital di sebagian besar wilayah Oman. Tidak berlebihan bila menyebutnya dengan sumber kehidupan.
Meskipun pada zaman modern kemajuan di bidang teknologi berkembang pesat, sistem irigasi ini masih dianggap solusi yang lebih baik. Pada dasarnya, sistem Falaj merupakan jaringan saluran air bawah tanah di mana air mengalir dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Air berasal dari mata air atau sumur mengalir menuju desa-desa dan lahan pertanian.
Bahkan, hingga saat ini separuh lahan yang ditanami di Iran memanfaatkan saluran irigasi bawah tanah. Sedangkan di wilayah perdesaan, sekitar 4.000 falaj masih berfungi dengan baik sehingga bisa menyediakan sebagian besar pengairan dan persediaan air domestik.
Setiap perencana kota pasti mempertimbangkan keberadaan falaj. Air yang mengaliri falaj biasanya berasal dari pegunungan atau dari air bawah tanah. Tidak seperti saluran air yang berada di permukaan tanah, terowongan panjang falaj memiliki panjang 10 hingga 15 kilometer (enam sampai 10 mil) dan dalam 120 meter (400 kaki). Seluruhnya digali secara manual dengan tangan. Desain seperti ini sangat penting diterapkan di lahan kering di mana setiap tetes air sangat berharga. Fitur tersebut juga mampu mencegah hilangnya air karena penguapan.
Disebut qanat dalam bahasa Arab klasik, falaj juga tampaknya telah dikembangkan di Persia dan Armenia setidaknya pada tahun 800 sebelum Masehi. Sistem ini diperkenalkan ke Oman dan Irak selama masa kekaisaran Achaemenid di Persia. Dari sana mulai menyebar ke Afrika Utara, Spanyol, dan akhirnya ke Dunia Baru.