REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musyawarah Nasional (Munas) Kedelapan Forum Zakat (FOZ) di Mataram, Nusa Tenggara Barat, berlangsung sejak kemarin. Terkait itu, pengamat zakat, Prof Didin Hafidhuddin, menyambut gembira inisatif acara yang mengumpulkan para pemangku kebijakan di bidang perzakatan Tanah Air.
Lebih lanjut, mantan ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) ini berharap munas tersebut dapat menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang berdampak sinergis.
Sasarannya tidak lain peningkatan kesejahteraan umat Islam, khususnya lapisan masyarakat fakir miskin. Guru besar Institut Pertanian Bogor itu memandang, situasi terkini cukup berat bagi kebanyakan mereka sehingga perlu langkah-langkah yang serius untuk mengentaskan kemiskinan dan kebodohan.
"Dalam kaitannya dengan hal tersebut, menurut saya, FOZ perlu merumuskan berbagai aksi, seperti menguatkan kerja sama pendayagunaan zakat produktif untuk memotong mata rantai kemiskinan, jelas Didin Hafidhuddin kepada Republika.co.id, Jumat (2/2).
Dia menambahkan, FOZ juga diharapkan mulai menjajaki perluasan program-program rintisan (pilot projects) yang menyasar masyarakat perdesaan. Hal ini dilakukan dengan cara yang menyeluruh sehingga mencakup empat aspek penting kehidupan kaum papa di masing-masing daerah tempatan.
Memperbanyak pilot-pilot proyek desa binaan dengan pendekatan yang komprehensif melalui empat kegiatan, yakni ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan kegiatan agama. Semua ini dapat didanai dari dana ZIS. Amil zakat berperan menjadi pendamping dari kegiatan-kegiatan tersebut, demikian sarannya.