REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Raja Bizantium berkuasa pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Ini juga merupakan cerita yang menakjubkan. Pada 19 Hijriyah, Umar mengirim tentara untuk melawan Bizantium. Di dalam pasukan khalifah terdapat Abdullah bin Hudzafah.
Berita tentang kekuatan Muslim terdengar hingga Bizantium. Raja Bizantium pernah mendengarnya dari ketulusan iman dan kesediaan untuk mengorbankan hidup mereka di jalan Allah. Dia memberi perintah untuk membawa kepadanya tawanan Muslim. Allah telah berkehendak bahwa Abdullah bin Hudzafah harus jatuh ke tangan Bizantium dan dia dibawa kepada raja.
Kaisar memandang Abdullah untuk waktu yang lama. Tiba-tiba dia berkata, "Saya akan membuat pilihan untukmu. Saya sarankan agar Anda menjadi seorang Kristen Jika Anda melakukan ini, Anda akan dibebaskan dan saya akan memberi anda tempat pengungsian."
Abdullah pun marah, baginya kematian lebih baik seribu kali daripada yang diminta Raja tersebut."Saya melihat bahwa Anda adalah orang yang berani. Namun, jika Anda menanggapi secara positif apa yang saya usulkan kepada Anda, saya akan memberi Anda berbagi wewenang saya dan bersumpah anda akan menjadi ajudan saya."
Abdullah pun tersenyum dan bersumpah atas nama Allah dia tidak akan melakukannya meskipun raja tersebut memberikan segala yang dimilikinya. Raja Bizantium kemudian memerintahkan untuk membunuh Abdullah.
Abdullah pun diancam akan dimasukkan ke dalam minyak mendidih jika tidak menerima agamanya. Ini adalah ujian paling mengerikan, tapi Abdullah tetap pada pendiriannya. Kaisar menyerah merayunya. Dia kemudian memerintahkan agar Abdullah dibunuh. Kemudian Abdullah menangis. Raja mengira Abdullah akan mematuhinya, tetapi dia ternyata tetap menolak.
Lalu dia mengatakan alasan dia menangis. Ini karena dia akan dilemparkan ke dalam panci demi keimanannya, dia berharap memiliki nyawa sebanyak rambut di tubuhnya, sehingga mereka juga dapat dilemparkan semuanya ke dalam panci ini.
Raja Bizantium kemudian justru tak jadi melemparnya. Dia malah meminta Abdulllah mencium kepalanya dan membebaskan Abdullah serta tahanan Muslim lainnya. Abdullah bin Hudzafah kemudian datang kepada Umar bin Khattab dan menceritakan apa yang telah terjadi.
Umar sangat senang dan saat melihat para tahanan dia berkata, "Setiap Muslim memiliki kewajiban untuk menciumn kepala Abdullah bin Hudzafah dan dimulai dari saya."
(Baca: Utusan Nabi dan Islamnya Penguasa Persia di Yaman)