REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bertemu dengan ulama kharismatik KH Sanusi Baco saat berkunjung ke Kanwil Sulawesi Selatan. Sementara, Menag memosisikan diri sebagai santri yang ingin melayani kiainya, KH Sanusi Baco tampak memosisikan diri sebagai tuan rumah yang juga ingin melayani tamu.
Kedua tokoh NU beda generasi tersebut tampak akrab bercengkerama. Ikut bersama Menag, Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin dan Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin. Mereka membicarakan banyak hal, termasuk kenangan tentang Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). KH Sanusi Baco adalah teman seangkatan Gus Dur dan Gus Mus (KH Mustofa Bisri) saat kuliah di Mesir.
"Gus Mus pernah cerita ke saya. Saat kuliah di Mesir, beliau bersama beberapa mahasiswa Indonesia lainnya tinggal satu kamar dengan Gus Dur. Kita saling berbagi tugas belanja ke pasar. Anehnya, saat Gus Dur mendapat tugas membeli daging, dengan uang yang sama, selalu mendapat banyak. Dan itu selalu terulang," ujar Lukman menirukan cerita Gus Mus, Kamis (25/01).
"Gus Mus mau tanya apa rahasianya, tapi gengsi dan malu,” lanjutnya.
Hingga suatu saat, Gus Dur pergi ke Eropa pada waktu yang lama. Tiba giliran Gus Mus mendapat tugas membeli daging di pasar.
Penjual daging bertanya, “Hai kawan, temanmu yang punya anjing banyak itu ke mana?”
“Yang mana?” Gus Mus balik tanya. “Itu yang gendut dan berkaca mata," jawab penjual daging.
“Oh, si Durrahman?” kata Gus Mus.
“Iya si Durrahman, sudah lama dia tidak membeli daging. Padahal, aku sisihkan jeroan hewan untuk anjing-anjingnya," kata penjual daging.
Dalam batin Gus Mus menggerutu. "Sialan, kita selama ini dianggap anjing sama Gus Dur," demikian Menag mengisahkan gerutu Gus Mus.
“Di Mesir, jeroan hewan itu tidak dimakan, tapi dibuang,” lanjut Menag diikuti tawa orang-orang yang ikut mendengar ceritanya.
Giliran KH Sanusi Baco yang bercerita. Menurutnya, saat rombongan mahasiswa baru dari Indonesia ke Mesir naik kapal laut selama sebulan, termasuk dirinya dan Gus Dur, tidak jarang mereka didera rasa bosan.
"Selama sebulan kami di kapal, sangat membosankan. Untung saat itu ada Gus Dur yang mampu membuat suasana jadi segar dan ramai dengan berbagai cerita dan joke-nya," kenang KH Senusi Baco.
Gus Dur di mata KH Sanusi Baco adalah sosok cerdas dan suka membaca banyak buku dengan berbagai disiplin ilmu. "Namun, Gus Dur sangat bandel jika disuruh belajar buku mata pelajaran kuliah," kenangnya.