REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) membuka seleksi imam masjid untuk ditempatkan di Uni Emirat Arab (UEA). Pendaftaran seleksi untuk para hafiz Alquran ini dibuka sejak 10 Januari 2018.
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Prof Muhammadiyah Amin mengatakan minat para hafiz atau penghafal Alquran di Indonesia cukup tinggi untuk menjadi imam di luar negari. Hingga saat ini, kata dia, sudah ada 300 hafiz yang mendaftar untuk menjadi imam di UEA.
"Pendaftaran sudah lebih 300 hafiz dari seluruh Indonesia," ujar Muhammadiyah kepada Republika.co.id, Kamis (18/1).
Proses seleksi para hafiz tersebut cukup ketat karena harus mengikuti tes yang diselenggarakan Kemenag. Hafidz yang hafal 30 juz akan lebih diutamakan. Hafidz yang hafal 10 juz juga bisa dikirim ke luar negeri asalkan mempunyai keahlian tilawah yang baik.
Indonesia memiliki para penghafal Alquran yang sangat banyak. Kefasihan dalam membaca Alquran pun banyak disukai oleh masjid-masjid di luar negari. Apalagi, dibekali dengan ilmu keagamaan yang moderat. Menurut Muhammadiyah, kemungkinan dari 300 hafiz yang telah mendaftar itu masih akan terus bertambah.
"Jadi masih mungkin akan lebih (dari 300) karena pendaftarannya masih," ucapnya.
Ia menambahkan, dari ratusan hafiz yang mendaftar tersebut nantinya akan dipilih 100 terbaik untuk dikirim ke UEA. Menurut dia, saat ini kerjasama pengiriman hafiz Indonesia sebagai imam masjid baru dilakukan dengan UEA. "Itu baru kerjasama sama Uni Emirat Arab. Itu akan diseleksi, nanti 100 yang akan dikirim," katanya.
Sebelumnya, Direktur Penerangan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Khoiruddin mengatakan bahwa seleksi para hafiz Indonesia untuk menjadi imam di luar negeri ini merupakan kedua kalinya. Sebelumnya juga pernah dilakukan pada tahun 2017.
"Tahun 2017 lalu kita memberangkatkan 14 hafiz untuk menjadi imam masjid di UEA," kata Khoiruddin.