Selasa 09 Jan 2018 14:13 WIB

Munculnya Penceramah dari Generasi ke Generasi

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis
Foto: ROL/Fakhtar Khairon Lubis
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berceramah dalam bentuk tabligh akbar di lapangan merupakan ciri khas dakwah Islam di Indonesia, termasuk ceramah yang mengombinasikan antara tuntunan dan tontonan. Tak cukup ceramah hanya menyampaikan ajaran dalam tabligh akbar tapi juga harus ada selingan sedikit humor, sehingga jamaah dapat memahami materi yang disampaikan.

Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Cholil Nafis menceritakan tentang kemunculan penceramah dari generasi ke generasi di Indonesia, yang menyampaikan dakwahnya dengan cirinya masing-masing. "Saat masih kecil dulu ingat penceramah kondang adalah Kiai Syukran Makmun asal Madura. Ia penceramah yang menggelegar dalam durasi panjang, keras dan menantang, khususnya dalam mengkritik pemerintah. Sampai du jam tetap lantang mengoreksi masyarakat blak-blakan," ujat Kiai Cholil dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Selasa (9/1).

Kiai Syukron merupakan paman dari Kiai Cholil. Menurut dia, pada saat Kiai Syukron berdakwah berhadapan dengan kondisi sosial dimana pemerintahan otoriter membuat takut masyarakat yang terkekang. Kehadiran Kiai Syukron yang berani mengkritik adalah suatu kebanggaan karena dapat menyuarakan mulut umat yang tertutup oleh rezim orde baru.

Setelah menjadi santri di Pesantren Sidogiri, kemudian Kiai Cholil mendengar nama Kiai Zainuddin MZ, sang penceramah yang retorik tapi tak memiliki pesantren. Padahal dalam asumsi pikiran Kiai Cholil saat itu, setiap muballigh pasti juga pengasuh pesantren seperti Kiai Syukran dan penceramah lainnya.

"Retorika Kiai Zainuddin indah sembari muatan materinya yang mendalam, keseharian sekaligus memotivasi tapi mudah dicerna serta sedikit ada bumbu canda yang cerdas. Pokoknya mendengarkan pidatonya tak pernah bosan meskipun diulang berkali-kali sampai sekarang," ucapnya.

Memang, lanjut dia, saat itu masyarakat banyak yang gandrung mendalami keilmuan. Pidato Kiai Zainuddin pun mampu memukau dan menyishir umat, sehingga da'i sejuta umat itu melegenda sampai saat ini dan menginspirasi para penceramah untuk berdakwah melalui media televisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement