Senin 01 Jan 2018 11:35 WIB

Menyelami Islam di Singapura

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Esthi Maharani
Muslim Singapura
Foto: humasbatam.com
Muslim Singapura

Abdul Rahim mengatakan pedagang Arab banyak yang akhirnya menikah dengan orang Melayu lokal dan membangun bisnis bersama. Kampong Glam adalah kota tua yang jadi saksi. Di sana, banyak tempat makan dan bangunan-bangunan dengan desain khas. Ada rumah mode abaya, warung kopi, tempat jual kosmetik halal, madu, juga tempat makanan tanpa minuman beralkohol.

Toko-toko dijaga oleh perawakan Arab yang sudah menjalankan bisnis secara turun temurun. Selain sebagai tempat singgah perdagangan, Singapura juga tempat yang strategis untuk tempat singgah para calon jamaah haji pada 1960-1970an. Saat itu, Kampong Glam beradaptasi juga menjadi tempat menjual segala kebutuhan berhaji. Mulai dari ihram, Alquran, tasbih dan segala panduan. Harga yang ditawarkan sangat terjangkau. Sejak banyaknya pedagang kebutuhan ibadah calon jamaah haji, tempat itu kini dinamai Haji Lane.

"Ayah saya berkata jalan ini sering jadi lautan putih," kata seorang penduduk lokal, Kareem yang memiliki sebuah toko kain.

Meskipun sekarang bukan lagi tempat transit jamaah, ruh Islam di sana masih tertinggal. "Aneh saja, saya merasa damai di sini, mungkin ini pengingat pada nenek moyang yang biasa bekerja di sini," kata dia.

Jalan-jalan lain juga bernama kearaban. Mulai dari Jalan Arab yang menjadi tempat toko-toko milik orang Timur Tengah atau mediterania. Juga, jalan Kandahar, Busra, Muscat dan Baghdad yang dinamai karena populasinya yang merupakan hasil percampuran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement