Selasa 05 Dec 2017 18:30 WIB

Ketika Abu Hanifah Menghancurkan Kesombongan

Rep: mg02/ Red: Agung Sasongko
Sombong/Ilustrasi
Sombong/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat berusia 16 tahun, Abu Hanifah pergi dari Kufah menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke kota Nabi, Madinah al-Munawwarah. Dalam perjalanan ini, ia berguru kepada tokoh tabi'in, Atha bin Abi Rabah, yang me rupakan alim terbaik di Kota Makkah.

Jumlah guru Imam Abu Hanifah seba nyak 4.000 orang. Di antaranya tujuh orang dari sahabat Nabi, 93 orang dari kalangan tabi'in, dan sisanya dari kalangan tabi' ut-tabi'in. Jumlah guru yang demikian banyak tidaklah membuat kita heran karena ia banyak menempuh perjalanan dan berkunjung ke berbagai kota demi memperoleh ilmu agama.

Ia menunaikan haji sebanyak 55 kali. Pada musim haji, para ulama berkumpul di Masjid al-Haram menunaikan haji dan untuk berdakwah kepada kaum Mus limin yang datang dari berbagai penjuru negeri.

Memerangi kesombongan Sejarawan asal Mesir, Syekh Ali Thantowi, suatu ketika pernah bercerita bahwa ada salah seorang ulama di Masjid Rushafah hendak memamerkan kemampuan intelektualnya. Dengan sombongnya, ia berkoar di hadapan para hadirin, Aku siap menjawab pertanyaan sesulit apa pun dari kalian!

Tanpa ia sadari bahwa di antara hadirin yang ia tantang untuk meng ajukan pertanyaan kepadanya terdapat seorang alim pendiri Mazhab Hanafi;Abu Hanifah. Seorang ulama yang jauh lebih alim dan rendah hati.

Sejurus kemudian, Abu Hanifah mengacungkan jari tangannya untuk menga jukan pertanyaan kepada ulama yang terbujuk itu. "Apa pertanyaanmu?"tantang orang yang mengaku alim tersebut.

Abu Hanifah kemudian menyampaikan pertanyaannya, "Semut yang berbicara dengan Nabi Sulaiman AS itu laki-laki apa perempuan?"

Mendengar pertanyaan Abu Hanifah yang sederhana tetapi sulit dijawab tersebut, orang sok alim tadi tidak bisa menjawab. Ia merasa malu dan hanya dapat menundukkan kepala.

Karena tidak mampu menjawabnya, Abu Hanifah menjawab pertanyaannya sendiri, "Sesungguhnya semut tersebut berjenis kelamin perempuan." Pria yang mengaku alim tersebut penasaran dengan jawaban Abu Hanifah, lantas ia menanyakan dalilnya kepada Abu Hanifah.

Dengan sigap dan cekatan Abu Hanifah menjelaskan bahwa dalam surah an-Naml ayat 18, fiil-nya kata namlah berupa shighat muannats(qalat) yang menunjukkan bahwa semut yang berbincang dengan Nabi Sulaiman ad alah perempuan.

Setelah memberi jawaban sekaligus penjelasan dalilnya, Abu Hanifah memberi nasihat kepada orang tersebut, Sebenarnya saya tidak ingin bertanya kepadamu. Aku lebih suka untuk mengatakan kepadamu; janganlah kau terbujuk dengan kelebihan yang kau miliki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement