Selasa 14 Jan 2025 08:38 WIB

Teladan Imam Hanafi dalam Berdagang (2-Habis)

Imam Hanafi tekankan pentingnya memberitahu cacat pada barang jualan.

Imam Hanafi tekankan pentingnya memberitahu cacat pada barang jualan. Foto: Produksi kain sutra (Ilustrasi).
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Imam Hanafi tekankan pentingnya memberitahu cacat pada barang jualan. Foto: Produksi kain sutra (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dikisahkan, pada suatu hari Imam Hanafi berniat pergi mengunjungi salah seorang kerabatnya dengan meninggalkan salah satu rekanannya di toko. Dan sebelum berangkat, Imam Hanafi memberi tahunya bahwa salah satu baju sutra yang dijualnya punya cacat yang tidak kelihatan.

Karenanya, ia harus memberitahukannya kepada orang yang akan membelinya.

Baca Juga

Saat pulang, Imam Hanafi tak melihat baju itu.

"Di mana baju sutra yang cacat tadi?"

"Di beli seorang pria dari Negeri Syam."

"Kamu memberitahukan cacatnya?"

"Tidak!"

Imam Hanafi pun mencari pria syam tersebut selama sepekan penuh untuk memberitahukan cacatanya dan mengembalikan separuh uang yang telah diberikannya. Namun sayang, dia tidak menemukannya.

Imam Hanafi pun menyedekahkan seluruh uang yang diperoleh dari penjualan baju sutra itu. Dan, Imam Hanafi memutus hubungan kerja dengan rekanannya itu.

Untuk diketahui, sebelum berguru kepada ulama, Imam Hanafi adalah seorang pedagang karena ayahnya seorang pedagang. Dan, ia tetap menjalani profesinya ini seumur hidupnya.

Profesi pedagang ini membuatnya mahir membuat kaidah-kaidah fikih yang terkait dengan perdagangan berdasarkan dalil-dalil agama yang kuat. Abu Bakas Ash Shiddiq RA adalh teladan Imam Hanafi dalam berdagang, bergaul, bertakwa, dan mencari keuntungan yang halal.

 

Imam Hanafi lahir pada tahun 80 Hijriyah (H) bertepatan dengan 699 Masehi (M) di sebuah kota bernama Kufah. Sejatinya, nama Imam Hanafi adalah Nu'man bin Tsabit bin Marzaban Al-Farisi yang bergelar Al-Imam Al-A'zham.

Saat masih kecil, Imam Hanafi biasa ikut rombongan pedagang minyak dan kain sutra. Bahkan, dia memiliki toko untuk berdagang kain.

Dalam perjalanan waktu, Imam Hanafi yang dikenal sebagai orang yang haus akan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu agama, menjadi seorang ahli dalam bidang ilmu fikih dan menguasai bebagai bidang ilmu agama lain, seperti ilmu tauhid, ilmu kalam, ilmu hadis, serta ilmu kesusasteraan dan hikmah. Tak sebatas menguasai banyak ilmu, ia juga dikenal dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial keagamaan yang rumit.

sumber : Syekh Abdul Aziz Asy Syinawi / Biografi Empat Imam Mazhab
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement