REPUBLIKA.CO.ID, Setahun setelah Perang Uhud, sesuai janji Abu Sufyan dimana Quraisy akan memerangi kembali kaum Muslimin di Badar setahun kemudian. Janji itu kemudian ditunaikan Rasulullah dengan mempersiapkan pasukan Muslimin sebaik mungkin. Kali ini Rasulullah berangkat bersama 1500 oran pasukan, dilengkapi 10 ekor kuda. Perang Badar terakhir ini terjadi pada bulan Sya'ban tahun ke 4 Hijriah.
Sebelumnya Abu Sufyan telah mengirim seorang bernama Nu'aim ke Madinah. Tugasnya untuk menggoyahkan hati para sahabat Rasulullah dengan mengabarkan pasukan Quraisy yang berangkat kali ini jumlahnya jauh lebih banyak dari pada Perang Uhud. Sehingga pasukan Muslimin tidak perlu berangkat berperang ke Badar.
Hasutan ini dilakukan, karena Abu Sufyan sendiri sebenarnya tidak ingin berperang. Ketidakinginan Abu Sufyan berperang karea tahun ini merupakan tahun paceklik, harapannya agar perang Badar bisa dialihkan di waktu yang lain. Namun Rasulullah meyakinkan kepada kaum Muslimin tak menyurutkan niat untuk mundur di perang Badar kali ini.
Saat berangkat perang, Rasulullah mempercayai kota Madinah kepada Abdullah bin Rawahah al Khazranji. Sedangkan panji Rasulullah dibawa oleh Ali bin Abu Thalib sebagai komandan perang. Di pihak Quraisy, Abu Sufyan memberangkatkan 2000 pasukan dari Makkah dan dilengkapi 50 ekor kuda.
Namun keberangkatan pasukan Quraisy ini sebenarnya hanyalah rekayasa Abu Sufyan, agar dianggap tidak ingkar janji. Namun setelah dua hari perjalanan, Abu Sufyan ingin kembali ke Mekkah. Ia lantas menyampaikan pesan kepada pasukannya ia akan pulang ke Mekkah. Karena musim kering tidak mendukung peperangan ini. Sikap Abu Sufyan ini kemudian diikuti seluruh pasukan Quraisy yang sejak awal memang tidak ingi berperang.
Di sisi lain pasukan kaum Muslimin dibawah pimpinan Rasulullah telah sampai di Badar, dan menantikan kedatangan pasukan Quraisy. Tidak kunjung datang, Rasulullah bersama pasukannya menunggu delapan hari di Badar. Bahkan waktu menunggu ini dimanfaatkan sebagian umat Islam berdagang, sehingga mereka mendapatkan keuntungan selama menunggu pasukan Quraisy.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Rasulullah dan pasukan Muslimin pulang ke Madinah. Tidak datangnya pasukan Quraisy di perang Badar terakhir, benar-benar telah menghapus rasa kekecewaan umat Islam saat kalah pada Perang Uhud sebelumnya. Sikap pengecut kaum Quraisy ini semakin menambah keberanian kaum Muslimin dalam perang-perang selanjutnya melawan kaum Musyrikin Makkah.