REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdurrahman bin Abu Bakar, putra Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, adalah sosok yang memiliki perjalanan hidup penuh makna. Di masa jahiliyah, ia dikenal sebagai tokoh Quraisy yang gigih mempertahankan tradisi nenek moyangnya. Namun, transformasi kehidupannya menjadi salah satu pelajaran penting dalam sejarah Islam.
Saat Rasulullah ﷺ mulai menyebarkan dakwah Islam, Abdurrahman termasuk di antara mereka yang menolak ajaran baru ini. Seperti banyak pemuda Quraisy lainnya, ia melihat Islam sebagai ancaman bagi tradisi suku dan kekuasaan mereka. Dalam beberapa pertempuran awal antara kaum Muslimin dan Quraisy, Abdurrahman berdiri di pihak yang berseberangan dengan ayah dan keluarganya.
Salah satu momen paling terkenal dalam hidupnya adalah keterlibatannya dalam Perang Badar. Pada perang ini, ia memimpin pasukan Quraisy melawan umat Islam, termasuk ayahnya sendiri. Begitu pula saat perang Uhud, ja menjadi pimpinan tentara pemanah kaum Quraisy untuk menghancurkan tentara muslim.
Keteguhan pendirian Abdurrahman dalam keyakinannya pada masa itu sangatlah kokoh. Bahkan hubungannya dengan sang ayah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, tidak mampu menggoyahkan kepercayaannya terhadap tradisi musyrik yang ia bela. Sebaliknya, ia terus berupaya menegakkan panji Quraisy melawan dakwah Rasulullah ﷺ.
Namun, takdir Allah tidak dapat dielakkan. Setelah beberapa tahun menentang Islam, cahaya hidayah menyentuh hati Abdurrahman. Ia akhirnya memeluk Islam dengan sepenuh hati dan bergabung dengan perjuangan umat Muslim.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya dengan agama” (HR Bukhari dan Muslim).
Setelah memeluk Islam, Abdurrahman menjadi salah satu pembela Islam yang tangguh. Ia turut serta dalam berbagai pertempuran besar, termasuk Perang Yarmuk, di mana ia menunjukkan keberanian luar biasa. Dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang Muslim, Abdurrahman dikenal sebagai sosok yang teguh memegang prinsip dan berani membela kebenaran, bahkan dalam situasi paling sulit sekalipun.
Salah satu momen yang menunjukkan keberanian dan keteguhannya adalah ketika Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan mencoba memaksakan putranya, Yazid, sebagai penerus kekhalifahan. Langkah ini mendapat penentangan keras dari Abdurrahman, yang tidak segan mengungkapkan ketidaksetujuannya meski menghadapi ancaman senjata.
Abdurrahman bin Abu Bakar meninggal dunia pada masa pemerintahan sang pendiri Dinasti Umayyah tersebut.