REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag, Prof Amsal Bakhtiar mengatakan, di sejumlah perguruan tinggi memang ada kelompok radikal. Namun, kata dia, presentasinya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok mahasiswa Islam yang moderat.
Menurut dia, persentasi kelompok radikal yang ada di kampus berada di bawah 5 persen, sedangkan sisanya kelompok moderat dan kelompok lainnya. Kendati demikian, ia menilai yang 5 persen tersebut cenderung lebih vokal untuk menyebarkan pemahamannya.
"Secara persentase itu di bawah lima persen, masih banyak yang lain. Cuma masalahnya yang lima persen ini lebih vokal dan cara rekrutmen kaderisasi dan pembinaannya lebih militan," ucapnya saat ditemui Republika.co.id di Jakarta, Selasa (28/11).
Kelompok radikal tersebut bergerak secara masiv dan mendoktrin mahasiswa yang pemahaman keagamaannya masih dangkal. Menurut Amsal, inilah salah satu sumber munculnya radikalisme di Indonesia.
"Rata-rata mahasiswa yang seperti itu militansinya tinggi untuk menyebarkan ideologinya itu, ideologi kanan. Beda dengan mahasiswa moderat, mereka lebih banyak, cuma mereka tidak terlalu militan mengajak orang menjadi moderat. Itu lah di mana letak kekuatannya," katanya.
Ia menjelaskan lebih lanjut, perguruan tinggi di Indonesia harus dibedakan, karena ada yang dibawah Kementerian Agama dan ada yang di bawah Kemenristekdikti. Jika dibandingkan, menurut dia, perguruan tinggi dibawah Kemenag cenderung lebih kondusif untuk terpapar kelompok radikal. Pasalnya, mahasiswanya rata-rata sudah memiliki dasar keislaman yang moderat.