Kamis 12 Sep 2024 20:28 WIB

Bubarkan Diri, Jamaah Islamiyah Siap Lakukan Kontra Narasi Ekstremis

Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia telah membubarkan diri pada akhir Juni lalu.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Seorang narapidana tindak pidana terorisme mencium bendera merah putih saat menjalani ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Lapas Kelas IIA Kediri, Jawa Timur, Selasa (5/3/2024). Tiga orang narapidana terorisme Ahmad Sujono dan Hadi Santoso dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI), serta Wahyudin dari kelompok jaringan Jamaah Asharul Daulah (JAD) berikrar setia kepada NKRI sekaligus berjanji mengikuti proses deradikalisasi di lapas.
Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Seorang narapidana tindak pidana terorisme mencium bendera merah putih saat menjalani ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Lapas Kelas IIA Kediri, Jawa Timur, Selasa (5/3/2024). Tiga orang narapidana terorisme Ahmad Sujono dan Hadi Santoso dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI), serta Wahyudin dari kelompok jaringan Jamaah Asharul Daulah (JAD) berikrar setia kepada NKRI sekaligus berjanji mengikuti proses deradikalisasi di lapas.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Organisasi Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia telah membubarkan diri pada akhir Juni lalu. Mantan Sekretaris Mantiqi II Jamaah Islamiyah, Arif Siswanto alias Abu Mahmudah mengatakan, para anggota JI kedepannya akan melakukan kontra narasi ekstremis. 

"Oh pasti, pasti kalau itu (melakukan kontra narasi). Bahkan saya sudah memulainya, saya secara pribadi ya, sudah memulainya secara di dalam," ujar Siswanto saat ditemui dalam acara acara Short Course Jurnalist Penguatan Perspektif Korban dalam Isu Terorisme yang digelar Aliansi Indonesia Damai (AIDA) pada 7-8 September 2024 di Jakarta? 

 

Dia mengatakan, anggota JI ada sekitar enam ribu. Menurut Siswanto, sebanyak 87 persen sudah menerima keputusan untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi. 

 

"Kalau tadi sudah saya sampaikan bahwa 87 persen insya Allah sampai sekarang ini sudah menerima ini pikiran ini dan mereka mendukung pembubaran tanggal 30 Juni itu," ucap Siswanto. 

 

Menurut dia, jumlah enam ribu itu termasuk di Suriah dan Mindanao, Filipina. Walaupun, jumlah anggota JI di sana tidak seberapa. 

 

"Yang di Suriah masih ada kalau tidak salah 14 orang kalau tidak salah. Kalau yang di Mindanao mungkin jumlahnya lebih kecil dari itu," kata Siswanto. 

 

Namun, dia belum bisa memastikan anggota JI di luar negeri tersebut akan kembali ke Indonesia. Karena, pihaknya masih dalam tahap komunikasi dengan mereka. Karena, ketika terjadi penangkapan, komunikasi dengan mereka terputus. 

 

"Tapi Alhamdulillah masih bisa dilacak insya Allah.  Tapi catatannya mereka tidak di camp pengusian ya, mereka masih berada di dalam masih bersama dengan para petempur di sana," jelas Siswanto. 

 

Dia juga mengakui bahwa ada beberapa wilayah yang belum didatangi untuk melakukan sosialiasi terkait dengan pembubaran JI, seperti di Solo dan Sulawesi. "Sisa-sisa yang lain mungkin masih tercecer," ucap dia.

 

Ketika diumumkan pembubaran JI, menurut dia, awalnya memang ada risestensi dari anggota JI. Namun, setelah diberikan penjelasan bahwa sudah banyak korban, akhirnya menerima keputusan tersebut. 

 

"Ketika argumentasi disampaikan dan mereka bersedia mendengar, insya Allah sejauh ini artinya penerimaan dari sekian 80 sekian persen. Ini menjadi satu bukti insyaallah dan 16 orang yang menyatakan deklarasi ketika itu juga orang-orang yang dikatakan sebagai tokoh-tokoh," kata Siswanto. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement