Ahad 26 Nov 2017 10:20 WIB

Ada Apa di Islam Digest Republika Hari Ini?

Sains Islam (ilustrasi)
Sains Islam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pada 1977, Universitas King Abdul Aziz Arab Saudi memrakarsai konferensi internasional tentang Islamisasi ilmu pengetahuan. Kegiatan itu dihadiri banyak intelektual dunia, seperti Syed Naquib al-Attas, Seyyed Hossein Nasr, dan banyak lagi.

Pembicaraan mereka memotivasi intelektual Islam di berbagai negara untuk memahami Islam sebagai pandangan hidup. Umat Islam menjadi bergairah untuk mengkaji khazanah intelektual Islam dari berbagai masa.

Masyarakat Islam semakin memahami ternyata tradisi keilmuan mereka sangat kaya. Berbagai sains dan teknologi berkembang pesat pada era kejayaan Islam. Semua itu memengaruhi belahan dunia dan peradaban lain untuk mengembangkan riset dan keilmuan.

Ini adalah contoh nyata hasil ijtima ulama yang sangat memengaruhi perkembangan umat. Indonesia juga memiliki sejarah mengenai perkumpulan ulama dari masa ke masa, baik resmi maupun tidak.

Perkumpulan Hizbullah di Cibarusah pada 1937, misalnya, adalah pembangkit perjuangan umat untuk memerdekakan bangsa ini. Ketika itu, pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’arie berpidato dengan bahasa Arab kepada perwakilan komandan Hizbullah dari berbagai wilayah. Pidato itu membakar api perjuangan, sehingga mereka memimpin perlawanan terhadap penjajah yang telah menginjak-injak harkat dan martabat bangsa.

Perkumpulan ulama juga berlangsung di berbagai zaman. Mereka merespons berbagai dinamika perkembangan zaman. Ijtihad mereka bertujuan untuk menjaga umat agar tetap berada dalam koridor keagamaan dan kebangsaan. Bangsa bukan hanya harus berkembang dan maju, tapi juga tetap menjaga nilai keagamaan yang merupakan energi umat dalam menjalani hidup.

Keyakinan bahwa ulama adalah pewaris para nabi tetap menjadi pegangan bangsa ini. Dalam kondisi apa pun, masyarakat dari berbagai kelompok, selalu berkonsultasi dan mendengarkan petuah bijak ulama. Ini menandakan mereka adalah kelompok intelektual yang memengaruhi arah perkembangan bangsa.

Persoalan ijtima ulama menjadi pembahasan utama Islam Digest kali ini. Isu ini sengaja diangkat, karena bertepatan dengan Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama di Mataram, NTB, pada Kamis (23/11). Kegiatan ini merupakan puncak dari berbagai kegiatan keilmuan dan sosial yang diselenggarakan ormas tersebut beberapa waktu sebelumnya.

Rubrik Hiwar kali ini mengangkat sosok pengkaji tafsir Alquran Dr M Syukri Ismail. Intelektual muda ini menilai pentingnya masyarakat memahami ayat-ayat tentang mukjizat para nabi untuk menjaga keimanan.

Dengan benar-benar memahami ayat tersebut dan menjelaskannya kepada anak-anak, keimanan akan tumbuh dengan baik. Generasi muda akan terus menyuarakan ayat-ayat tersebut kepada anak dan keturunan mereka kelak.

Resensi mengangkat kitab klasik karangan Iz bin Abdussalam. Alim dalam bidang fikih, kalam, dan tasawuf ini menjadi rujukan umat hingga saat ini. Kajian fikih dan usul fikih di Indonesia merujuk pada kitab sang alim yang dilahirkan di Damaskus ini.

Dalam bidang tasawuf Syekh Iz merupakan murid Syihabuddin Umar Suhrawardi yang dikenal sebagai sufi beraliran Ahlussunah waljamaah (Sunni). Kitab yang kali ini diresensi banyak menjelaskan mengenai istilah-istilah pelik dalam sufisme.

Resensi akan mengkaji istilah tobat. Seperti apa maknanya dalam tradisi tasawuf. Kemudian tak lupa pula, penulis resensi Erdy Nasrul mengupas asal-usul kitab yang ternyata pernah menjadi kajian kaum orientalis.

Rubrik Arsitektur akan membedah istana Nurul Iman yang merupakan tempat tinggal Sultan Brunei Darussalam. Keindahan istana tersebut menarik perhatian masyarakat dari berbagai belahan dunia. gemerlap cahaya yang terlihat pada malam hari membuat siapa pun mengagumi keindahan istana degan kubah berwarna emas tersebut.

Selain menjadi simbol kerajaan, berbagai bangunan mewah di dalamnya menjadi daya tarik pariwisata. Masyarakat dari berbagai belahan dunia tentu ingin mengetahui seperti apa istana yang dikenal sangat megah di dunia itu. Selamat membaca. (Erdy Nasrul).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement