REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bicara soal memecahkan teka-teki hieroglif, buku ilmuwan pertama yang mendalami hieroglif, yakni Jabir Ibnu Hayan, tak ditemukan. Ibnu Hayan yang diyakini mempelajari hieroglif pada abad kedelapan Masehi merupakan ilmuwan terkenal yang menulis buku ensiklopedia tentang memecahkan inskripsi kuno, termasuk hieroglif di Mesir.
Ilmuwan lain yang menulis buku tentang cara membaca hieroglif adalah Ayub Ibnu Maslamah. Sayangnya, karya Ibnu Maslamah juga tak ditemukan.
Sejauh ini, hanya karya Dhu al-Nun al-Misri yang dijadikan acuan bila membahas hieroglif. Selain mendalami hieroglif, al-Misri juga dikenal sebagai ahli sufi dan praktik keagamaan berdasarkan filosofi Mesir. Meski demikian, karya al-Misri tentang hieroglif juga belum banyak dipublikasikan.
Pada abad 10 M, ada seorang pakar alkimia terkenal asal Irak yang datang ke Mesir untuk belajar hieroglif. Dia adalah Ibnu Wahishiya. Meski beberapa ilmuwan modern mengang gapnya tokoh fiktif, karya-karya Ibnu Wahisyiya didiskusikan oleh ilmuwan sezaman. Beberapa karyanya berhasil selamat dan salah satunya disimpan di Paris. Karya yang tersimpan di Paris itulah yang jadi salah satu bahan penelitian El-Daly.
Karya Ibnu Wahisyiya menerangkan, hieroglif bukan hanya simbol semata tapi merupakan huruf alfabet bahasa Mesir, hal yang sudah diketahui ilmuwan-ilmuwan lain sebelumnya. Meski begitu, ia kemudian mendapati bahwa hieroglif juga dipakai untuk menekankan satu maksud tertentu.
Menurut dia, makna sebenarnya hieroglif ditentukan huruf atau gambar terakhir di ujung kata. Hal itu yang kemudian jadi kepakaran Ibnu Wahisyiya.
Bila membandingkan standar identifikasi hieroglif Ibnu Wahisyiya dengan yang ada saat ini, apa yang dilakukan Ibnu Wahisyiya tak bisa di anggap omong kosong. Ilmuwan Eropa pertama yang menulis tentang tata bahasa Koptik, A Kircher pada awal abad ke-17, jadi orang pertama yang menyadari manfaat karya Ibnu Wahishiya. Karya Kircher kemudian yang jadi rujukan ilmuwan Eropa lain untuk bahasan seputar hieroglif.
Sementara pada abad ke-14, ada peminat alkimia lain dari Irak, Abu al-Qasem al-Iraqi. Ia menulis buku yang memuat salinan hieroglif dari monumen-monumen kuno di Mesir. Tabel alfabet hieroglif karya Abu al-Qasem al-Iraqi berhasil selamat. Meski tak seluruhnya benar, prinsip dan bobot susunan fonetik karyanya jelas benar.