REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Keberadaan lembaga pendidikan Islam di negara-negara yang mayoritas penduduknya nonMuslim sejatinya tidak bisa dianggap remeh. Sebab, kehadiran institusi tersebut menjadi salah satu faktor yang menentukan keberlangsungan proses kaderisasi para calon cendekiawan Muslim di sana.
Di Filipina, pemerintah masih mencurigai madrasah sebagai institusi markas teroris, padahal madrasah di Filipina sudah ada sejak lama. Meski Muslim berstatus sebagai minoritas, Direktur PCID Filipina Esmael Ebrahim menjelaskan, Islam merupakan agama pertama di negeri itu.
”Islam sudah ada di hati Muslim Filipina sejak lama,"ujar Esmael.
Di daerah berpenduduk Muslim, madrasah bisa tumbuh lestari. Jumlahnya ada ribuan. Hanya, kata dia, ada 400 madra sah yang didata pemerintah. Esmael menjelaskan, madrasah-madrasah ini masih menjadi objek kecurigaan pemerintah.
Dia berkisah, pemerintah bahkan mencurigai lembaga Tahfidzul Quran sebagai institusi yang mengajarkan terorisme. Hafalan Alquran yang diajarkan, termasuk ayatayat jihad, dikatakan pemerintah sebagai ajaran radikalisme