Jumat 13 Oct 2017 22:00 WIB

Kesenian Media Dakwah Wali Songo

Gamelan
Gamelan

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  -- Wali Songo merupakan para tokoh penting dalam proses Islamisasi di tanah Jawa. Kesuksesan dakwah tersebut tak terlepas dari kepiawaian membaca situasi kondisi demografi masyarakat setempat agar lancar manjalankan siyasah dan strategi dakwah. 

Selama perjuangannya menyebarkan ajaran Islam, Wali Songo, terutama Sunan Bonang, selalu memasukkan unsur permainan dan kesenian yang tidak membuat masyarakat jenuh. 

Unsur-unsur permainan dan kesenian yang dibawakan Wali Songo memang sederhana. Namun, memiliki nilai dan arti yang serat dengan pesan moral dan etika syar'i yang memiliki multidimensi, baik spiritual maupun sosial. 

Kesenian, semisal wayang, gamelan, suluk, dan jelungan, misalnya, pada akhirnya menjadi defusi penyebaran kebudayaan yang diterima dengan cepat oleh masyarakat setempat. Berikut sejumlah kesenian yang menjadi penopang dakwah Wali Songo: 

Seni Suluk

Suluk merupakan salah satu jenis karangan tasawuf yang dikenal dalam masyarakat modern adalah karya sastra. Cara membaca karya ini memang tidak seperti membaca karya seni tulis lainnya. Pembacaan suluk harus menggunakan nada atau emosi yang nadanya naik turun. 

Karya seni suluk ini dipopulerkan oleh Sunan Bonang ketika berdakwah pada abad ke-15. Salah satunya adalah Suluk Wijil yang dipengaruhi kitab as-Shidiq karya Abu Said al-Khayr.

Wayang dan Gamelan 

Selain suluk, seni pewayangan dan gamelan juga media yang digunakan Sunan Bonang dalam berdakwah. Musik gamelan yang terdiri atas alat musik, seperti demung, gong, kenong, slentem, bonang, peking, gender, dan beberapa instrumen lainnya saling bersautan dengan membentuk sebuah nada pentatonis. Sekarang gamelan yang alatnya kebanyakan terbuat dari bahan logam ini sering dipentaskan masyarakat Jawa ketika ada acara khitanan atau pernikahan. 

Jelungan

Meski tidak ada relevansinya dengan unsur dakwah, jelungan sangat membantu Wali Songo, dalam hal ini Sunan Giri, dalam mendekati masyarakat setempat sebelum menyampaikan ajaran Islam atau berdakwah, di samping jamuran dan cublek suweng.  

Prinsip permainan jelungan adalah pemenang bersembunyi, sementara pemain kalah atau berusaha mencari pemain lain tanpa harus meninggalkan terlalu jauh di pangkalan atau bahan pohon yang sudah ditentukan sebagai tempat bermain. Filosofinya, seorang yang sedang berpegang teguh pada tauhid Islam, ia akan selamat dari ajakan setan atau iblis yang dilambangkan sebagai pemburu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement