Rabu 04 Oct 2017 12:33 WIB

YBM BRI Kuatkan BUMP Sebagai Usaha Sosial Produktif

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Ketua Badan Pengurus Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI Tri Wintarto (kiri) bersama GM Badan Pelaksana YBM BRI Dwi Iqbal Noviawan saat silaturahim ke kantor Republika, Jakarta.
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Ketua Badan Pengurus Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI Tri Wintarto (kiri) bersama GM Badan Pelaksana YBM BRI Dwi Iqbal Noviawan saat silaturahim ke kantor Republika, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,  DENPASAR -- Yayasan Baitul Maal PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (YBM BRI) menguatkan posisi badan usaha milik pesantren (BUMP) sebagai program usaha sosial (social enterprise) produktif. YBM BRI yakin BUMP akan turut memandirikan pesantren.

General Manager Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) Dwi Iqbal Noviawan mengatakan, YBM BRI memiliki program usaha sosial antara lain badan usaha milik pesantren (BUMP). Laba dari modal usaha yang diinvestasikan YBM BRI ke BUMP, kata dia, bisa digunakan untuk keberlanjutan usaha serta membantu kebutuhan operasional pondok pesantren.

YBM BRI berkesempatan menjadi salah satu peserta dalam konferensi internasional Social Enterprise Advocacy and Leveraging (SEAL) yang digelar Institut Wirasusaha Sosial Asia (ISEA) di Denpasar, Bali, pekan lalu. Iqbal mengaku, YBM BRI mendapat banyak inspirasi tentang metode pengukuran dampak program yang telah dilakukan.

''Dari para praktisi usaha sosial dari berbagai negara di sana, kami juga mendapat banyak pengetahuan tentang evaluasi dan publikasi program mereka,'' ungkap Iqbal dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Rabu (4/10).

Dikatakan Iqbal, usaha sosial saat ini masih banyak kendala. Baik soal penjualan, permodalan hingga pendistribusian. Misalnya, penjualan kopi Kintamani. Jika kopi hanya untuk pasar lokal saja, peningkatan penjualan tidak akan terlalu signifikan.

"Berbeda bila kopi ini bisa tembus pasar luar negeri maupun luar daerah. Peningkatan pendapatan akan memengaruhi masyarakat produsen kopi Kintamani," katanya.

Untuk menguatkan pengembangan wirausaha di Asia, secara periodik ISEA mengadakan pertemuan, diseminasi hasil penelitian, dan konferensi terkait isu-isu usaha sosial melalui SEAL. SEAL ke 2 di Indonesia diselenggarakan Dompet Dhuafa dan Bina Swadaya sebagai pelaku usaha sosial di Indonesia.

Konfrensi internasional ISEAL ini diikuti oleh pelaku usaha sosial, akademisi, LSM, badan PBB, serta lembaga-lembaga yang berfokus dalam pengembangan usaha sosial dari Indonesia, Philipina, Thailand, Vietnam, India, Bangladesh, India, Jepang, Nepal, Taiwan dan Singapura.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement