Jumat 29 Sep 2017 11:04 WIB

Secara Holistik, Islam dan Komunisme Bagai Minyak dan Air

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Nasaruddin Umar
Foto: Republika/ Wihdan
Nasaruddin Umar

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menyebutkan, secara holistik atau keseluruhan, paham komunisme dengan ajaran Islam bagaikan minyak dan ari. Karena itu, sulit untuk mempertemukan kedua hal tersebut, walaupun ada yang mencoba untuk menghubung-hubungkannya.

"Baik dari segi paham maupun dari segi praktiknya, banyak sekali yang berhadapan antara paham komunisme dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam," ungkap Nasaruddin ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (28/9).

Nassaruddin menyebutkan, paham komunisme itu digagas oleh Karl Marx. Guru dari Marx adalah Georg Wilhelm Friedrich Hegel, seorang filsuf dari Jerman.

Menurut Nasaruddin, Hegel memiliki pandangan yang sangat tidak sejalan dengan ajaran Islam. "Antara lain misalnya konsep negara. Bagi Hegel, sebuah negara itu merupakan sesuatu yang abstrak, top of mind. Negara itu adalah segala-galanya, atas nama negara, semuanya harus tunduk," jelas dia.

Jadi, lanjut Nasaruddin, ketika bicara tentang nasionalisme, maka nasionalisme itu adahal segalanya. Yang bertentangan dengan nasionalisme, paham kenegaraan, cinta tanah air, maka itu harus disingkirkan.

"Di sinilah persoalannya karrna Islam itu adalah ajaran universal. Kalau nanti berhadapan dengan paham komunisme, jadi nanti Islam sebagai ajaran universal itu harus menganggap dirinya sebagai imigran gelap di negerinya sendiri," tutur Nasaruddin.

Di dalam Islam, kata dia, tidak harus seperti itu. Islam, bisa mencintai negara, tapi kita juga bisa mencintai tuhan, agama, dan taat mencintai agamanya. Selain itu, menurut Nasaruddin, komunisme juga mengandung paham yang komunal. Artinya, tidak boleh ada suatu paham yang menonjol di samping yang lain. Ia mencontohkan dalam soal kekayaan.

"Kebalikannya kapitalis, itu tidak apa-apa kalau ada gedung pencakar langit tapi di belakangnya ada rumah kumuh. Komunis, gedung itu harus dibabat supaya yang kumuh bisa naik ke tempat yang setara. Sederhananya seperti itu, tapi tidak sesederhana itu sebetulnya," kata dia.

Nasaruddin menyebutkan, yang jelas dari segi paham, sulit untuk mempertemukan antara agama Islam dengan komunisme. Walaupun ada orang yang menghubung-hubungkannya, tetap saja itu beda.

Perihal Mohammad Misbach, seorang komunis muslim, Nasaruddin mengatakan, apa yang ia ada dalam ajarannya itu bukan merupakan komunisme murni. Apa yang dipahami oleh Misbach itu ada interpretasi agama terhadap ajaran komunisme.

"Dia mencoba memberikan pembenaran Islam terhadap komunisme. Dengan menekankan ada aspek-aspek tertentu yang bisa dihubung-hubungkan sedikit dengan Islam," ujar Nasaruddin.

Kendati demikian, Nasaruddin menyebutkan, secara holistik, komunisme dengan Islam tidak simetris. Meskipun sama-sama menghendaki kaffah keduanya. Ia mengibaratkan, kedua hal tersebut sebagai air dan minyak.

"Paham komunisme itu pada dasarnya tidak bertuhan, sedangkan kita kan tuhan. Islam dengan komunis, sama-sama cairannya ada, tapi yang satu minyak, satu lagi air. Dipaksa untuk dikombinasi bagus ya tidak mungkin," ucap Nasaruddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement