Sabtu 16 Sep 2017 07:03 WIB

Dari Gubuk Reot Ini Hasilkan Pembaca Kitab Kuning Andal

Bangunan utama tempat ngaji para santri Kiai Amin
Foto:
Kiai Amin Fauzan Badri

Lalu untuk menguatkan ingatan santri, setiap ba’da Ashar digelar setoran hafalan, dan pada malam harinya santri diwajibkan muthala’ah yang dipimpin santri senior. “Setiap satu bahasan dikaji tiga kali dalam satu hari,” ucapnya.

Soal muthala’ah yang dipimpin santri senior, menurut Kyai Amin, cara ini ditempuh untuk menyiapkan santri senior agar bisa mengajar Al-Ikhtishor. “Nanti manfaatnya dia ngajar Al-Ikhtishor sudah bisa,” katanya.

Selain Al-Ikhtishor Jumlah Ismiyah dan Fi’liyah, Kiai Amin juga menulis kitab kecil sebagai rujukan (maraji’) bagi dua kitab sebelumnya. Kitab berukuran kecil itu menukil dari sejumlah kitab Alfiah dan sharaf.

Jika sukses meng-khatamkan Al-Ikhtishor, santri sudah siap mengaji kitab kuning. Dalam praktik tersebut dibagi menjadi tiga tahapan, pemula, menengah, dan tinggi. Masing-masing tahapan ditempuh selama 3 hingga 6 bulan. Pada tahap pemula, mengaji kitab Fathul Qarib. Tahap menengah kitab Tahrir dan tahap tinggi, mengaji kitab Nihayatuz Zayn.

Artinya, seorang santri dijamin mahir membaca kitab kuning dalam tempo 20 bulan. Yakni 2 bulan mengaji Al-Ikhtishor, dan 18 bulan mengaji tiga kitab. Hasilnya boleh diuji. Muhammad Amir Hasan dan Ahmad Badawi misalnya, belum genap setahun nyantri, ia sudah lancar membaca kitab Fathul Qarib. Sayangnya, fasilitas pesantren masih jauh dari kata layak. Sehari-hari di gubug reot pun dilakoni dua santri itu, “tidak betah juga harus dipaksa betah,” tutur Ahmad Badawi.

Namun begitu, kyai Amin selalu berpesan kepada para santrinya selama belajar di pesantren. “Agar bisa cepat membaca kitab kuning, kita harus ingat tiga hal: harus teliti kata perkata; harus bisa menalar susunan kalimat secara logis; dan harus menguasai gramatika (kaidah) secara matang,” ujarnya.

Kyai Amin yang kelahiran Keling Kelet Jepara Jawa Tengah pada 7 Desember 1975 ini bercerita, dua kitab Al-Ikhtishor itu mulai ditulis sejak tahun 2005, saat masih menetap di desa kelahirannya.

Saat mulai menyusun kitab ini sebenarnya, tidak semua kaidah gramatika Bahasa Arab dikuasainya dengan baik. Karenanya, begitu selesai ditulis, segera dibawanya ke gurunya di Mathaliul Falah di Kajen Margoyoso Pati untuk di-tashih.

Setelah di-tashih, guru kyai Amin di Mathaliul Falah berpesan agar tulisan yang sudah dikoreksinya tidak dibuka di tempat. “Jangan dibuka di sini ya, dibuka nanti saja di rumah,” pesannya.

Sesampai di rumah, tulisan itu kemudian dibuka. Dan ternyata, semua disilang memakai bolpoin merah, tanda salah semua.

“Saya buka halaman per halaman, semua berisi silang merah. Saya takut, minder dan menyerah dengan semua kesalahan itu. Dalam benak saya bergumam, saya tidak berani meneruskan tulisan ini,” kenangnya.

“Tapi di halaman akhir tulisan itu, ada tulisan tangan guru saya tadi, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil,” tambahnya.

Membaca tulisan tangan gurunya, kiai Amin yang sudah takut, tiba-tiba muncul keberanian untuk meneruskan kembali menulis dan memperbaiki semua kesalahan yang sudah diberi tanda merah oleh gurunya.

“Saya terus berusaha memperbaiki semua kesalahan itu. Dan selang beberapa lama, setelah saya perbaiki, saya tashihkan lagi ke guru saya, dan alhamdulillah lulus, tidak ada coretan,” kenangnya.

Dari pengalaman itu kyai Amin yakin, bahwa kunci keberhasilan seseorang terletak pada niat dan kemauan kerasnya. “Jika kita memiliki A dan kemudian mengamalkannya, pasti Allah akan memberikan kemampuan kepada kita untuk mengerti B. Jika kita memiliki B dan kemudian mengamalkannya, pasti Allah akan memberikan kemampuan kepada kita untuk mengerti C, begitu seterusnya,” tambahnya penuh optimis.

Karena itu, kyai Amin berpesan kepada semua santrinya dan mereka yang ingin bisa membaca kitab kuning agar memiliki niat yang bulat dan belajar dengan semangat.

“Syarat untuk belajar bisa membaca kitab kuning di sini ini cuma dua, yaitu bisa membaca tulisan Arab dan tulisan latin (Indonesia),” pungkasnya.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement