REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat warga Quraisy mendengar suara Thumamah melantunkan talbiyah, mereka marah dan menarik pedang untuk menghadangnya. Mereka menuju arah datangnya lantunan talbiyah dan akan meng hukumnya.
Thumamah justru semakin meninggikan suaranya dengan bangga. Pemuda Quraisy semakin marah dan memerintahkan untuk menembakkan anak panah kepadanya. Namun, dicegah oleh orang Quraisy lainnya karena telah mengenali dia sebagai penguasa Yamamah.
Jika pemuda tadi mencelakakannya, suku Yamamah akan memboikot pengiriman makanan. Dia pun menanyakan apa yang terjadi dengan Thumamah. "Ada apa denganmu, Thumamah? Apakah kamu menyerah dan meninggalkan agamamu dan agama nenek moyangmu?" tanya kelompok Quraisy.
"Saya belum menyerah. Tetapi, saya telah memutuskan untuk mengikuti agama terbaik. Saya mengikuti Muhammad," jawab dia.
Kelompok Quraisy tidak percaya dia me meluk Islam dan meninggalkan keper cayaan nenek moyangnya. Dengan tegas, Thumamah menjawab, dia memutuskan untuk memilih agama yang terbaik yang diajarkan Nabi Muhammad.
Pasukan Quraisy tetap tidak menerima jawaban itu. Thumamah marah dan berjanji tidak akan mengirimkan lagi persediaan pangan sampai mereka memeluk Islam. Pemboikotan dilakukan secara bertahap hingga harga pangan mengalami kenaikan.
Kelaparan mulai melanda, kaum Qu raisy ketakutan akan kematian. Lalu, me reka meminta Rasul menepati perjanjian Hudaibiyah. Nabi mengirimkan pesan meminta boikot pangan dihentikan. Thumamah pun mematuhinya dan selama sisa hidupnya dia habiskan untuk melayani agama dan mematuhi Rasul.