Selasa 29 Aug 2017 14:45 WIB

Hama Banyak Lahirkan Cendekiawan Muslim

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Tidak hanya punya kincir air. Hama juga memiliki banyak cendekiawan. Salah satunya, penulis Usama Ibnu Munqidh (1138-1188 M) yang lahir di Lembah Orontes, sekitar 15 mil di utara Hama.

Ia menulis berbagai karya dan Kitab al-Ittibar yang merupakan adikaryanya. Ia juga menyaksikan dekade pertama pembantaian Pasukan Salib di tanah Muslim. Ia sendiri masuk barisan pasukan melawan Pasukan Salib. Kitab Al-Ittibar kemudian ditemukan dan direproduksi di Prancis, Jerman, Inggris, dan Spanyol. Editor buku ini, menurut Philip Hitti, pengamatan Usama atas kehidupan Pasukan Salib amat baik.

Usama menjelaskan, betapa buruknya perlakuan Pasukan Salib terhadap umat Islam. Meski begitu, ia juga menjelaskan, gaya hidup barbar Pasukan Salib perlahan bisa diubah saat mereka perlahan ikut menjalankan hukum Islam di tengah komunitas Muslim. Usama juga ti dak menafikan sisi baik orang-orang Frankish yang menetap di tanahnya.

Ada pula Yaqut al-Hamawi. Meski tidak lahir di Hama, ia sempat menulis tentang Hama. Ia tidak bisa berdiam lama di satu tempat dan me milih mengembara. Hingga akhir nya ia sampai di Suriah pada 1220 M hingga ia wafat di sana pada 1229 M. Beberapa globe dari abad 13 yang berhasil diselamatkan saat ini, ada pula yang dibuat ilmuwan yang memiliki relasi dengan Hama.

Sebuah globe yang paling bagus dibuat pada 1225-1226 oleh Qaysar ibnu Abi al-Qasim ibnu Musafir al- Ashrafi al-Hanafi. Ia sempat belajar di Mosul, tempat pembuatan globe dan pengrajin logam terbaik saat itu. Setelah itu, ia kembali ke Suriah un tuk mengabdi pada pemimpin Hama.

Abu Abdallah Muhammad Ibnu Salim Ibnu Wasil (lahir 1207-1208M) juga pernah berada di Hama pada 1260- 1261 M sebelum ia dipanggil ke Kairo oleh Sultan Baybar yang menugaskannya bertemu Raja Man fred di Sisilia. Di sana, ia ditunjuk menjadi kepala Qadi dan guru besar di sebuah madrasah. Ibnu Wasil ada lah salah satu guru dari Abul Fida.

Ada pula cendekiawan lainnya, Salahudin bin Youssef al-Kalal bi Hama, ahli mata yang tinggal di Hama. Pada 1296 M, ia menulis sebuah buku untuk anaknya dengan judul Nur al-Uyun wa Jami al- Funun (Cahaya Mata dan Kumpulan Hukum). Kini, buku itu tersimpan di pusat manuskrip di Paris.

Buku itu terbagi dalam 10 bagi an. Di dalamnya, juga menuliskan pengalamannya saat berhasil mengobati kanker yang diderita Emir Azz-Eddin, pemimpin Hama. Ia juga menjelaskan, perihal katarak dan operasi pengobatannya. Tidak lupa, ia juga menuliskan pentingnya etika seorang tenaga kesehatan yang harus berdedikasi, berkata, dan bersikap baik, tetap selalu meminta nasihat ulama, dan sabar.

Juga Abul Fida, pemimpin dan ilmuwan Hama. Seperti lazimnya ilmuwan Islam terdahulu, Abul Fida menguasai beberapa keahlian, ter masuk militer, geografi, sejarah, botani, dan ilmu pengobatan. Bukubuku seputar geografi karya Abul Fida yang disalin dan dibawa dari Suriah tidak bisa dielakkan sum bangsihnya bagi kemajuan geografi modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement