REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oleh: Imron Baehaqi
Sebelum kehadiran Islam, masyarakat Arab berada dalam situasi genting, kacau tidak karuan. Kondisi buruk ini ditandai maraknya permusuhan, kebencian, dan perang di antara kekuatan suku-suku. Itulah di antara penyebabnya, perangai bangsa ini dikenal sebagai jahiliyah. Misalnya, konflik antara suku Aus dan Khazraj di Madinah, perang antara Bani Abdi Manaf dan Bani Hasyim di Makkah, aksi kekerasan antara komunitas kota dan orang-orang gunung di padang pasir, mereka semua bermusuhan, berlomba, dan saling membenci memperebutkan pengaruh, kemegahan, dan gengsi.
Setelah Islam turun dengan perantara Rasulullah SAW, ketegangan ini berubah menjadi keadaan yang kondusif. Lambat laun, nilai persaudaraan dan persatuan di antara suku bangsa Arab mulai terjalin dengan baik dan kokoh dilandasi pilar akidah Islam. Alquran mengingatkan, persaudaraan dan persatuan yang terbangun ini merupakan nikmat Allah ke atas orang-orang beriman. Demikian pula Rasulullah SAW telah banyak mengingatkan kita tentang derajat ajaran Islam ini.
Beliau SAW menganalogikan persaudaraan di antara sesama mukmin itu laksana satu tubuh dan bangunan. Oleh sebab itu, penting bagi setiap Mukmin agar memahami dan menerjemahkan kembali tentang keistimewaan dan pentingnya ajaran mulia ini. Pertama, menjaga persaudaraan dan perdamaian adalah bukti ketangguhan iman. Sebaliknya, memicu menciptakan permusuhan dan pertengkaran adalah tanda lemahnya iman.
Kedua, hendaklah waspadai bahwa sumber kebencian, permusuhan, dan pertikaian yang terjadi di antara manusia adalah dorongan perbuatan setan yang terkutuk. Karena kita maklumi, bahwa setan selalu berupaya menyesatkan manusia. Di antaranya menanamkan kebencian dan permusuhan (QS al-Maidah [5]: 91). Ketiga, persaudaraan dan kerukunan akan mendatangkan keberuntungan, sekaligus menjaga kemuliaan status sosial . Sebaliknya, pertikaian dan permusuhan akan mengakibatkan kerugian seperti jatuhnya martabat (QS al-Anfal [8]: 46). Keempat, pertikaian dan permusuhan menjadi penyebab tertutupnya ampunan Allah.
Kelima, menciptakan kerukunan dan perdamaian adalah di antara jalan atau amal perbuatan untuk mencari ridha Allah SWT. Siapa saja yang melakukannya atas dasar iman dan niat yang lurus maka ia akan menuai pahala atau balasan yang sangat besar. Balasan itu berupa kenikmatan di dunia. Ataupun kenikmatan surga di akhirat kelak (QS an-Nisa [4]: 114).
Berkenaan dengan kedudukan ajaran Islam ini, Buya Hamka mengatakan bahwa persaudaraan adalah nikmat yang paling besar. Sebab, perpecahan, permusuhan, dan kebencian adalah sengketa dan kutuk yang menghabiskan tenaga dan jiwa belaka. Beliau juga berpesan, persaudaraan merupakan nikmat paling besar dan lebih berharga daripada emas dan perak, karena nikmat persaudaraan adalah nikmat dalam jiwa. Dengan persaudaraan maka yang berat dapat sama dipikul, yang ringan dapat sama dijinjing. Wallahu al-Musta'an.