REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oleh: Hasan Basri Tanjung
Teringat sewaktu menunaikan umrah tahun 2008 bersama pimpinan Universitas Djuanda Bogor, saya terpesona menengok pohon pisang di halaman Masjid Bir Ali, miqat ihram sebelum memasuki Kota Makkah al-Mukarromah. Pohon pisang bukanlah barang baru di tanah kelahiran Nabi SAW. Sebab, sejak Alquran diturunkan sudah menceritakan buah pisang yang kelak akan dinikmati oleh penghuni surga.
Kitab Suci Alquran menyebut pohon pisang dalam surah al-Waqi'ah ayat 29. Pakar tafsir Imam Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tafsir Jaami'ul Bayaan menjelaskan, thalhin mandhuudin dengan al-mauz, yakni pisang. Begitu juga Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar yang mengartikan dengan "pohon pisang yang bersikat tersusun".
Dalam perspektif pendidikan karakter Islami, pohon pisang bisa menjadi i'tibar (pelajaran) bagi orang tua dalam mendidik anak. Ada tiga karakter yang bisa dipelajari dari pohon pisang. Pertama, akarnya dangkal (rapuh). Akar itu umpama akidah tauhid, yakni laa ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah) dan Muhammad rasulullah (Nabi Muhammad utusan Allah).
Akidah tauhid inilah yang pertama ditanamkan oleh orang tua kepada anak (QS 31:12-13, 2:131-133). Ibarat pohon yang baik, akarnya menghujam ke perut bumi agar tidak mudah terserabut. Pohon pisang mudah tumbang karena akarnya tak dalam. Jika akidah tidak kuat, anak mudah terkapar oleh godaan yang semakin masif dan sistematis.
Kedua, batangnya lembek (goyah). Batang bagaikan syariat (ibadah) dalam keislaman. Pohon pisang itu batangnya mudah goyah jika tertiup angin. Bahkan, seringkali ia remuk tak kuat menahan buahnya. Demikianlah, jika orang tua tidak menanamkan akidah yang kuat, syariatnya pun goyah, seperti mudah meninggalkan shalat (QS 31:14-16). Ibadah hanya tahunan seperti puasa sedapatnya atau shalat dua kali setahun (Ied) atau bersedekah minimal. Beribadah bukan karena iman tetapi kepentingan.
Ketiga, buahnya tak tahan lama (busuk). Hampir semua pohon berbuah sekali, buahnya mudah busuk. Jika ingin buahnya bertahan lama, harus diolah lagi dan dikemas rapi. Buah itu laksana adab atau akhlak bagi seorang mukmin.
Saat ini, anak-anak kita tengah digempur media sosial yang kebablasan, game online yang sarat pornografi dan kekerasan, gerakan LGBT dan prostitusi online, krisis keteladanan dan pejabat publik yang korup. Semua itu membuat mereka terkontaminasi sehingga rapuh akidah, lemah ibadah, dan terkikis adabnya (QS 17:23, 31:17-19, 46:15).
Jangan berkarakter pohon pisang karena ia berakar dangkal, berbatang lembek dan, berbuah tak tahan lama. Orang tua mesti menjadi teladan dan wajib menjaga keluarga agar terhindar dari sengsara dunia akhirat (QS 66:6).
Senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar mampu melahirkan anak yang saleh (QS 14:40, 25:74, 37:100). Allahu a'lam bish-shawab. n