Rabu 07 Jun 2017 16:00 WIB

Masjid di Komoro Representasikan Bakat Seni

Masjid Jumat atau Masjid Putih di Kota Moroni, Komoro.
Foto: flickriver.com
Masjid Jumat atau Masjid Putih di Kota Moroni, Komoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di dalam negeri, umat Islam di Komoro secara sungguh-sungguh mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menggelar dan mengikuti perayaan hari be sar Islam, seperti Idul Adha, Muharam, Asyura, Maulid Nabi, dan Isra Mi’raj, secara meriah.

Saat Maulid, orang-orang Komoro biasanya menggelar pesta cukup meriah yang dihadiri oleh para ulama besar. Hal lain yang menarik adalah keberadaan sekitar 1.400 masjid di seluruh pulau di wilayah Komoro yang luasnya hanya sekitar 1.800 kilometer persegi. Di antara masjid-masjid itu dibangun oleh para pedagang Arab sebagai bagian dari asimilasi budaya Islam dan Afrika.

Hassan Ibnu Issa yang mengklaim dirinya sebagai keturunan dari Nabi Muhammad SAW mendorong dilakukannya konservasi terhadap masjid-masjid itu. Masjid-masjid di Komoro merepresentasikan bakat seni yang dimiliki warga setempat. Kaum laki-laki menekuni seni ukir kayu sedangkan kaum wanitanya banyak yang berprofesi sebagai penjahit.

Pada 1998, sebuah masjid terbesar di negara itu dibangun oleh seorang Muslim kaya raya. Namanya, Masjid Moroni yang kini menjadi salah satu objek wisata religi di Komoro. Bahkan, para ulama dan pendiri aliran Tariqah kerap datang berkunjung ke tempat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement