Selasa 09 May 2017 10:25 WIB

Makan Malam untuk Hapus Kebencian pada Islam

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Amanda Saab dari Seattle, AS mengundang orang asing makan malam di rumahnya dan berdiskusi tentang Islam.
Foto: The Washington Post/Meryl Schenker
Amanda Saab dari Seattle, AS mengundang orang asing makan malam di rumahnya dan berdiskusi tentang Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE -- Wajahnya dibingkai dengan jilbab bermotif bunga berwarna pastel. Amanda Saab sengaja pergi ke supermarket dan membeli banyak hal. Saat supir Uber bertanya soal belanjaannya yang banyak, Saab mengatakan ia dan suaminya berencana membuat sebuah pesta makan malam.

"Apa Anda mau datang?" katanya mengundang sang sopir Uber.

Perempuan 28 tahun itu menyebut acara tersebut "Makan malam bersama tetangga Muslimmu". Ia memasak sendiri segala hidangan dan mempersilakan tamu bertanya apa saja.

Ia mencetuskan sebuah ide untuk mengurangi kesalahpahaman soal Islam. Ia mengundang orang asing untuk datang ke rumahnya, makan dan berdiskusi.

Amanda tidak hanya menggelarnya di rumah. Kadang ia dan suaminya melakukannya juga saat sedang liburan dengan menggunakan dapur pinjaman. Mereka ingin bercengkrama dengan orang-orang sekitar.

Amanda melakukannya karena semakin banyak orang yang tidak nyaman dengan Islam. Ia belajar hal itu dari pertanyaan-pertanyaan tamu yang ditemuinya. Sebagian besar mereka tidak tahu soal Islam.

Pecinta acara masak MasterChef ini menggabungkan hobinya memasak dengan kebutuhan tersebut. Amanda sudah sangat ahli dalam memasak. Keluarga dan teman-temannya sudah tahu dapur menjadi arena bermainnya sejak usia lima tahun.

Ia pernah juga sukses memukau para juri MasterChef dalam audisi terbuka dengan baklava blood-orange cheesecake di Seattle, AS. Ia lolos ronde pertama. Banyak orang memuji masakan dan kesahajaannya.

Tapi di sisi lain di media sosial, ada saja orang yang menolak keberadaan seorang hijabi di acara nasional tersebut. Saat itu ia menyadari keberadaannya kadang mengganggu untuk sebagian orang. Pada akhirnya ia dieliminasi karena kue yang belum matang.

Meryl Schenker for The Washington Post

Saat pemilu 2016 lalu, kondisi semakin memburuk. Seakan menghina Muslim telah dilegalkan. Semakin banyak orang berani mengutarakan ketidaksukaannya pada Muslim. Saat itulah ia beritahu suaminya "Ayo undang orang untuk makan malam".

Rumah mereka di Seattle jadi tempat percobaan pertama. Amanda mengundang orang-orang melalui media sosial. Seorang partisipan makan malam pertama yang datang kemudian menulis testimoni di blog Amanda.

"Saya harap kami bisa katakan kami tidak punya rasa buruk untuk Islam," katanya. Acara makan malam itu pun jadi acara rutin Meski Amanda dan suaminya pindah ke Michigan agar lebih dekat dengan keluarga.

Amanda selalu menyediakan masakan istimewa saat makan malam. Mulai dari salmon yang dilumuri bawang berkaramel, kentang panggang rosemary, wortel dengan madu dan thyme, salad, asparagus dengan garnis almond dan saus yogurt orange, masih banyak lagi.

Pertanyaan tamu selalu beragam. Mulai dari kisah keluarga, hingga menjalar ke masalah agama. Seperti pertanyaan sekte dalam Islam, kelompok-kelompok masjid, hukum Islam, kerudung, dan masih banyak lagi.

Kadang acara makan malam pun jadi kesempatan bagi para tamu untuk memberi semangat pada komunitas Muslim. Seperti seorang tamu Yahudi, Stefanie Fox yang datang dengan kaos bertuliskan "Stop profiling Muslims" atau "Berhenti menargetkan Muslim".

"Saya sangat menyesal jika Anda berjalan-jalan dan orang-orang jadi jahat pada Anda," kata Fox. Perempuan yang bekerja untuk organisasi Yahudi di Seattle itu mengatakan memang banyak komentar kebencian, tapi itu tidak semua.

Seorang tamu lain, Anjana Agarwal juga mengatakan ide Amanda bisa jadi jalan keluar untuk menghapus kebencian. Pasalnya, tidak hanya Muslim yang 'gerah' tapi juga komunitas agama lain yang mulai jengah dengan pemberitaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement