Selasa 02 May 2017 05:00 WIB

Bela agama dan Iman akan Berbuah Manis

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Allah/Ilustrasi

Namun, posisi politik kaum musyrik semakin mapan di Makkah. Sebaliknya, umat Islam di sana semakin terjepit. Rasulullah sendiri didera duka mendalam lantaran kematian Khadijah RA, istrinya yang selalu setia mendukung dakwah Islam, serta Abu Thalib, sang paman yang begitu berpengaruh di tengah kaum Quraisy. Akhirnya, umat Islam Makkah diimbau untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah).

Hamzah bin Abdul Muthalib juga turut pindah. Ia tinggalkan harta bendanya di Makkah untuk mengikuti Rasulullah SAW memulai menyusun kekuatan di kota baru.

Beberapa waktu kemudian, umat Islam dari kalangan Anshar dan Muhajirin mesti menghadapi kaum musyrik di Perang Badar. Hamzah tampil sebagai pahlawan perang yang mampu merobohkan para jagoan musyrikin Quraisy.

Dari kubu Muslimin, Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib, dan Ubaidah bin Harits merupakan punggawa yang maju menjawab tantangan Utbah bin Rabi'ah, provokator dari kubu musyrikin setelah ia berseru, Hai Muhammad, keluarkan lawan-lawan yang sepadan bagi kami!

Pada akhirnya, ketiga pahlawan Muslim itu mampu menumbangkan setiap lawannya di ajang duel satu lawan satu itu. Ketiga petarung dari kubu Quraisy bergelimpangan. Kaum Muslim pun meraih kemenangan dengan gemilang dalam Perang Badar, meskipun kalah dari segi jumlah pasukan. Banyak di antara pasukan musyrikin yang dibunuh atau tertawan.

Berita kekalahan kaum musyrik sampai di Makkah. Kesedihan meliputi penduduk kota itu. Salah satunya, istri Abu Sufyan, Hindun binti Utbah. Sebab, ayah dan kedua saudara kandungnya mati terbunuh dalam Perang Badar lantaran lesatan pedang Hamzah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement