Selasa 02 May 2017 05:00 WIB

Bela agama dan Iman akan Berbuah Manis

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Allah/Ilustrasi

Hai Hakam! Sekali lagi kamu menghina keponakanku, berikutnya kamu akan saya lawan lebih keras lagi! bentak Hamzah. Apa kamu sekarang sudah melindungi Muhammad? Apa kamu telah keluar dari ajaran nenek moyang kita? tanya Abu Jahal sambil menahan kesakitan kepada Hamzah.

Saya tidak peduli dengan kata-katamu. Buat saya, apa yang diucapkan Muhammad itu benar, tegas Hamzah. Ia kemudian meneruskan perjalanannya ke rumah Nabi Muhammad.

Sesampainya di sana, Hamzah menemui Rasulullah dan menanyakan keadaannya. Kemudian, Hamzah bertanya kepada keponakannya itu, Wahai keponakanku, saya telah melakukan perbuatan yang saya sendiri tidak tahu apakah benar atau salah. Karena itu, kabarkanlah kepada saya kebenaran yang engkau bawa. Saya sangat menantikan nasihat-nasihatmu.

Rasulullah membacakan beberapa ayat suci Alquran. Hal ini sangat menyentuh hati Hamzah bin Abdul Muthalib. Kepercayaannya terhadap takhayul penyembahan berhala sirna. Cahaya iman meresap ke dalam relung hatinya. Ia menyatakan diri masuk Islam.

Aku bersaksi bahwa engkau adalah orang yang benar dengan segala kesaksian. Maka, sebarkanlah dakwah sejak saat ini dengan terang-terangan. Demi Allah, saya tidak ingin hidup dengan kepercayaan saya yang dulu, ujar Hamzah.

Begitulah kisah paman Nabi yang memeluk risalah Islam itu, sebagaimana dinukil dari buku '101 Sahabat Nabi' tulisan H Andi Bastoni. Sejak menjadi Muslim, Hamzah bin Abdul Muthalib setia mendampingi Nabi Muhammad dalam setiap dakwah dan jihad. Kaum musyrik Quraisy pun mulai gentar dengan kekuatan Islam. Salah satu bentuk pembelaannya adalah ketika 'Umar bin Khaththab menggedor-gedor rumah al-Arqam pada suatu malam. Di sana, Rasulullah, para sahabat, dan Hamzah sedang berkumpul dalam majelis Alquran.

Biarkan saya yang membukakan pintu, wahai Rasulullah. Jika ia datang dengan maksud baik, kita sambut dengan baik pula. Namun, bila ia dengan niat jahat, Umar akan berhadapan dengan pedang saya, kata Hamzah.

Nyatanya, kehadiran Umar tidak lain untuk menyatakan syahadat. Nabi menyambutnya dengan sukacita. Demikian pula dengan Hamzah bin Abdul Muthalib dan para sahabat di kediaman al-Arqam. Kini, umat Islam Makkah kian kuat setelah jawara Quraisy tersebut berada di pihaknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement