Selasa 02 May 2017 05:00 WIB

Bela agama dan Iman akan Berbuah Manis

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Allah/Ilustrasi

Sebagian mereka menyelamatkan diri, sebagian yang lain mencari-cari keberadaan Rasulullah. Sebab, beberapa pemuka pasukan musyrik sudah berseru-seru menyuarakan dusta bahwa Nabi SAW wafat di tangan mereka. Kepanikan menjalar untuk sejenak di tengah kaum Muslim.

Kondisi inilah yang dimanfaatkan Hindun. Begitu ia mendapati jasad Hamzah bin Abdul Muthalib, ia berteriak sukacita. Dengan pisaunya, Hindun membelah dada Hamzah dan mengeluarkan hatinya. Jantung sosok pahlawan Muslim itu dikunyahnya sambil berkata, Rasakan ini, Hamzah!

Abu Sufyan datang menghampiri istrinya itu. Dengan tombaknya, Abu Sufyan lantas menusuk mulut Hamzah. Rasakan ini sebagai pembalasanku atas perbuatan-perbuatanmu! seru Abu Sufyan.

Saat baku hantam mulai surut, pasukan musyrik kembali ke Makkah dengan perasaan gembira. Sementara, pasukan Muslim terkoyak dan lunglai lantaran didera kekalahan. Debu-debu peperangan mulai mereda. Mayat-mayat kaum Muslim mulai tampak.

Duka Mendalam Rasulullah SAW untuk Sang Paman

Berita gugurnya Hamzah bin Abdul Muthalib di antara para pahlawan Muslim lainnya sampai kepada Rasulullah. Dalam peperangan ini, Nabi SAW sendiri tidak luput dari luka. Giginya tanggal karena dipukul pasukan musyrik.

Demi menyaksikan jasad pamannya itu, Rasulullah sangat berduka. Betapa tidak. Tubuh Hamzah terpotong-potong menyedihkan. Isi perutnya terburai. Hidung dan kedua daun telinganya putus.

Aku belum pernah melihat pembunuhan sekeji ini. Belum pernah ada peristiwa yang membuatku marah seperti ini, ucap Rasulullah. Air mata kesedihan mengalir di atas wajahnya yang mulia. Rasulullah menshalatkan pamannya itu serta para mujahid Perang Uhud yang gugur menjemput surga-Nya.

Demikianlah akhir hidup sang paman Nabi SAW yang mencintai risalah Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement