REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat menyelenggarakan Kongres Ekonomi Umat (KEU) di Hotel Grand Sahid Jaya pada 22-24 April 2017. Kongres yang mengusung tema Arus Baru Ekonomi Indonesia ini akan membahas lima poin penting.
Ketua Pelaksana Kongres Ekonomi Umat, Lukmanul Hakim mengatakan, Kongres Ekonomi Umat akan melahirkan beberapa pemikiran untuk mengurangi kesenjangan di Indonesia. Oleh karena itu, dalam kongres ini akan membahas beberapa poin penting. Pertama, akan membahas kebijakan yang berpihak dan diikuti dengan peluang serta ruang yang cukup besar bagi seluruh lapisan masyarakat.
"Sehingga dapat tercipta percepatan ekonomi di lapisan bawah dan menengah," kata Lukmanul saat memberikan sambutan pada pembukaan Kongres Ekonomi Umat di Jakarta, Sabtu (22/4).
Ia menerangkan, yang kedua, akan membahas kemitraan antara usaha besar dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Tentu pada konsep kemitraan yang berkeadilan dan bisa mempercepat UMKM agar menjadi usaha besar. Ketiga, akan membahas optimalisasi potensi umat dari sumber zakat, infak, sodakoh, wakaf dan koperasi.
Presiden Minta Kongres Ekonomi Umat Bahas Redistribusi Aset
Keempat, akan membahas tentang optimalisasi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) melalui pendampingan. Kelima, akan membahas tentang dukungan yang besar bagi pembiayaan atau permodalan UMKM dari berbagai metode keuangan.
"Hal-hal ini menjadi fokus perhatian yang akan dan didalami pada kongres," ujarnya.
Lukmanul berharap, pendalaman materi dalam Kongres Ekonomi Umat bisa memberikan sumbangsih yang sangat berarti pada perkembangan ekonomi Indonesia. Sumbangsih tersebut dalam model arus baru ekonomi Indonesia.