Rabu 19 Apr 2017 06:53 WIB

Trikotomi Geertz, Kisah Piyungan: Siapa Bilang Jawa Belum Islam?

  Ribuan umat Islam melaksanakan shalat Ied di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Ahad (19/8). (Aditya Pradana Putra/Republika)
Rapat Sarekat Islam di Kaliwungu, Jawa Tengah.

Dalam sebuah wawancara dengan Mantan Wakil Ketua MPR Hajiryanto Y Tohari ikut fenomena itu. Hajriyanto yang lahir, besar, dan berasal dari wilayah 'pedalaman Jawa' secara terbuka mengakuinya. Menurutnya, suasana Jawa yang semakin Islami kini sangat kuat terasa. Bila dulu di sebuah desa hanya terdiri dari satu surau, kini di dalam desa itu di setiap dusunnya berdiri banyak surau. Di tingkat desa kini berdiri sebuah masjid jami (raya) yang besar untuk melakukan shalat Jumat.

''Masyarakat Jawa kini tidak bisa lagi dilihat ala Trikotomi Clifford Geertz, adanya santri, abangan, priayi. Situasinya kini sangat berubah akibat dari meluasnya pembangunan,'' kata Hajriyanto. Menurut dia, situasi ini mau tidak mau muncul atas peran dari penguasa Orde Baru, Soeharto.

Harus diketahui pula Islamisasi yang paling cepat itu terjadi pada masa Pak Harto itu. Jadi, daerah-daerah abangan menjadi santri terjadi pada kurun itu. Gerakan Yayasan Pak Harto dengan mendirikan masjid, Pak Harto naik haji, dan juga naiknya raja Yogyakarta pertama yang naik haji, Sultan Hamengku Bowono X dan Paku Alam, itu sebagai pertandanya,'' lanjut Hajriyanto.

Pendapat senada juga dinyatakan sosiolog UIN Yogyakarta, DR Mohammad Damami. Menurut dia, kini telah terjadi perubahan yang dahsyat dalam sisi keberagamaan masyarakat Jawa. Mereka kini semakin Islami atau kian menjadi santri. ''Yang mencengangkan lagi tingkat keberagamaan mereka pada Islam itu didapat melalui rasa kepercayaan diri yang kuat serta mandiri. Sebuah hal yang tak terbayangkan memang,'' ujar Damami.

Nah, pada tataran ilmiah dan seiring dengan diterbitkannya  buku karya sejarawan M.C Ricklefs, 'Mengislamkan Jawa; Sejarah Islamisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930', maka fenomena perkembangan Islam di kurun terakhir semakin menarik untuk dicermati.Dalam buku itu, Ricklefs membantah bahwa sebagian besar Muslim di Jawa kini masih tetap atau hanya terdiri dari kaum abangan atau menganut 'Islam KTP' saja.

Ricklefs menyatakan, kenyataan justru menunjukkan bahwa tanah Jawa semakin 'hijau' saja. Masyarakatnya semakin saleh atau malah kini sudah menjadi santri. Islamisasi semakin dalam dan sudah mencapai fase tak bisa dibalikkan.

''Kini, sulit untuk membayangkan bahwa pengaruh Islam yang semakin mendalam terhadap masyarakat Jawa dapat dihentikan atau dibalikkan arahnya oleh siapa pun yang menentangnya,'' ungkap Ricklefs dalam buku itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement