Senin 17 Apr 2017 19:29 WIB

Bakomubin Siap Cetak Satu Juta Dai Bela Negara

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Agung Sasongko
Jajaran pengurus Bakomubin priode 2017-2022.
Foto: Dok Bakomubin
Jajaran pengurus Bakomubin priode 2017-2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Mubalig Indonesia (Bakomubin) berencana mencetak satu juta dai bela negara. Dai ini diharap mampu menyentuh seluruh lapisan masyarakat hingga ke pelosok daerah.

Ketua Bakomubin, Dedy Ismatullah, mengatakan, jumlah masyarakat Muslim Indonesia yang lebih dari 100 juta orang masih membutuhkan sentuhan dari dai. Selama ini tak semua masyarakat Muslim tersentuh dengan dakwah yang baik.

"Untuk itu kami akan mempersiapkan satu juta dai, satu juta mubaligh bela negara," ujar Dedy setelah bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin (17/4).

Selain itu, Bakomubin juga akan menata kualitas mubaligh. Kualitas mubaligh saat ini bukan tidak bagus, tetapi jumlah mubaligh yang benar-benar memiliki ilmu agama secara fasih belum seimbang jumlahnya.

Hal ini berdasarkan temuan yang menyebutkan bahwa kegiatan hari besar Islam yang dirayakan dengan muludan dan rajaban, tidak mengubah Islam ke arah yang lebih baik di mata masyarakat. Padahal, kegiatan ini biasanya menghabiskan modal miliar rupiah.

Bakomubin memandang terdapat kemerosotan tajam di bidang sosial budaya, karena derasnya kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi elektronik. Perkembangan ini jika tidak dipahami secara baik justru dapat merusak khlak dan moral masyarakat khususnya moral generasi muda.

Nilai-nilai budaya yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari tercermin dalam Pancasila semakin ditinggalkan, kecenderungan mengadopsi budaya asing mewarnai seluruh sendi kehidupan berbangsa. Kondisi tersebut lambat laun menjadikan masyarakat kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang memiliki budaya akhlakul karimah yaitu budaya yang mempunyai nilai-nilai tinggi untuk mempersatukan bangsa.

Dedy menuturkan, kondisi dengan tingkat kehidupan, pendidikan, kesehatan masyarakat yang rendah juga mempengaruhi pola pikir yang mengarah ke sisi negatif. Hal tersebut juga membuat masyarakat memandang bahwa kemajemukan bukan lagi dipandang sebagai kekuatan untuk bersinergi, tapi malah menjadi perbedaan yang justru dipertentangkan dan berujung pada konflik.

Untuk itu, harus ada perubahan metodologi dalam berdakwah. Metodologi ini harus terus dikembangkan setiap waktu berdasarkan kejadian setiap hari dan perkembangan situasi masyarakat. Sebab, perkembangan sosial budaya, apalagi globalisasi membuat mubalig wajib berpikir cepat dan menyesuaikan cara dakwah dengan kondisi sekitar.

Menurut dia, dalam penyampaian dakwah seorang mubalig prinsipnya harus mengikuti Alquran. Mubaligh harus menyampaikan secara bijak apa yang meraka sampaikan kepada masyarakat sehingga apa yang dipaparkan bukan menjadi tontonan, tapi tuntunan umat.

"Jadi perlu ditekankan bahwa dakwah ini adalah tuntunan bagi umat. Sebab dakwah yang diberikan harus memberikan manfaat kepada seluruh Agama yang ada," ujar Dedy.

Untuk itu, Bakomubin akan berupaya membuat para mubalig muda memiliki wawasan yang paham perubahan yang diakibatkan arus globalisasi. Dengan pemahaman dari akidah yang baik diharap akan tercipta masyarakat yang baik pula.

Rencananya, peluncuran program satu juta mubalig bela negara akan dilakukan di gedung MPR pada 1 Mei 2017 dan dihadiri oleh 500 mubalig. Program ini diharap menjadi program monumental bagi semua pihak, khususnya Bakomubin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement