REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Ketua Indonesia Halal Center Sapta Nirwandar menyatakan gaya hidup halal merupakan perintah agama bagi Muslim. Maka harus mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk pariwisata.
Ia menjelaskan bagi Muslim, pariwisata dibagi dua pertama haji dan umroh, kedua napak tilas sejarah. "Jadi makanan dalam pariwisata juga perlu diprotek dengan makanan dan minuman halal. Dalam perspektif ini halal lifestyle banyak yang terkandung," jelasnya di lokasi malaysia International Halal Showcase (MIHAS) 2017, Kuala Lumpur, Jumat (7/4).
Sapta mencontohkan, kosmetik misalnya terutama parfum, masih sensitif sebab beberapa masih menggunakan bahan alkohol. "Makanya sekarang bermunculan kosmetik halal seperti kuteks halal yang bisa tembus air jadi bisa untuk wudu," tambahnya.
Menurutnya edukasi terhadap gaya hidup halal harus terus dilakukan. Pasalnya banyak masyarakat masih takut dengan istilah 'gaya hidup halal'. Ia bercerita pada 2010, saat pertama kali memperkenalkan bisnis sektor halal, tidak banyak industri yang berani mengembangkannya.
"Mereka masih takut tidak akan mendapat untung. Padahal potensinya besar sekali. Bahkan dengan menjalankan bisnis produk halal industri akan dapat pemasukan lebih yaitu dari Muslim maupun non Muslim," jelasnya.
MIHAS baginya, sangat tepat untuk mengembangkan industri halal. Hal itu karena berbagai produk halal terintegrasi, dengan begitu pengunjung bisa langsung melihat dan memilih produk mana yang diinginkan.
Rencananya pada Oktober mendatang, Sapta akan menggelar pameran halal seperti MIHAS di Indonesia. "Diharapkan melalui acara itu nanti industri halal kita bisa maju dan bisa ekspor ke berbagai negara juga," tegasnya.